Sepak Bola di Asia Tenggara

Siapa yang tidak mengenal sepak bola? Olahraga menendang bola yang dimainkan dengan 22 pemain yang saling berhadapan dalam rentang waktu 2x45 menit. Olahraga, sebelumnya dinyatakan berasal dari Inggris, namun oleh FIFA, badan sepak bola internasional, pada 2004 dinyatakan berasal dari Cina. Olahraga yang terbilang mudah dimainkan, simpel, tidak memerlukan banyak peralatan, dan bisa dimainkan siapa saja. Olahraga yang cukup populer sejagat.

wikipedia.org

Karena sifatnya yang demikian, sepak bola menjadi olahraga terpopuler di Asia Tenggara. Hampir semua negara di Asia Tenggara mengenal sepak bola dan menjadikannya sebagai tontonan populer. Termasuk juga Filipina, yang sebenarnya lebih lekat dengan basket. Sepak bola masuk ke Asia Tenggara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Permainan ini diperkenalkan oleh orang-orang Eropa yang menjadi penguasa atau penjajah di beberapa negara di Asia Tenggara. Di Thailand, satu-satunya negara di kawasan ini yang tidak dijajah, sepak bola diperkenalkan oleh orang-orang Eropa yang bekerja di lingkungan Kerajaan Thailand pada 1897. Pada masa ini Thailand sedang mengalami modernisasi mengikuti Barat di bawah arahan Raja Chulalongkorn.

Singapura menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mempunyai asosiasi sepak bola mandiri. Football Association of Singapore (FAS) berdiri pada 1892. Organisasi ini didirikan oleh orang-orang Inggris di Singapura. Selanjutnya menyusul organisasi sejenis di negara-negara lain di Asia Tenggara. Filipina mendirikan Philipine Football Federation pada 1907. Thailand mendirikan Football Association of Thailand pada 1916 oleh Raja Vajiravudh. Pada 1925 Thailand bergabung dengan FIFA dan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bernaung di badan sepak bola dunia tersebut. Sedangkan Filipina menjadi negara kedua. Indonesia lalu menyusul pada 1930 dengan berdirinya PSSI atau Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Indonesia merupakan contoh kasus yang unik. Ini mengingat sebelum PSSI berdiri, sudah ada organisasi bentukan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu NIVB atau Nederlandsch-Indie Voetbal Bond. Namun diskriminasi yang dilakukan NIVB terhadap pribumi membuat orang pribumi memilih mendirikan PSSI sebagai wadah suara mereka. Alhasil, pendirian PSSI pun disertakan juga pesan-pesan nasionalis. Tiga tahun kemudian Malaysia dan Kamboja menyusul mendirikan FAM (Football Association of Malaysia) atau Persatuan Bola Sepak Malaysia dan  Football Federation of Cambodia. Organisasi-organisasi sepak bola di Myanmar, Laos, Brunei, dan Vietnam didirikan pasca Perang Dunia ke-2 dan pada masa itu kebanyakan dari organisasi sepak bola di Asia Tenggara bergabung dengan FIFA menyusul Thailand dan Filipina lalu AFC, badan sepak bola Asia, yang berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia. Beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Myanmar, Vietnam, dan Filipina berkontribusi terhadap pendirian badan ini pada 1954. Meskipun kontribusi itu sekarang berbanding terbalik dengan prestasi-prestasi yang dimiliki tim-tim Asia Tenggara, yang kelihatannya susah bersaing dengan tim-tim dari Asia Timur dan Asia Barat.

facebook.com

Padahal, jika melihat pada masa lalu, tim-tim Asia Tenggara cukup mumpuni di persepakbolaan Asia. Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Kamboja merupakan beberapa contoh tim-tim Asia Tenggara yang mampu berbicara di Asia. Myanmar, yang nampaknya sekarang seperti tim kelas dua di Asia Tenggara, pada masa lampau adalah tim yang mampu merajai Asia dengan dua kali menjadi juara di Asian Games pada 1966 dan 1970. Sedangkan di Piala Asia, tim negara yang sempat dikuasai junta militer sampai 2011 ini sempat menjadi runner up pada 1968 setelah kalah dari Iran. Sedangkan Thailand menjadi juara ketiga pada Piala Asia 1972 di negeri sendiri usai mengalahkan Kamboja lewat adu penalti. "Negeri gajah putih" juga 3 kali menempati posisi keempat di Asian Games pada 1990, 1998, dan 2002. Malaysia, jiran si Indonesia, yang belakangan sedang meningkat pamornya usai menjuarai Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011, juga mempunyai prestasi yang sama di masa lalu. Negeri ini dua kali menggenggam posisi ketiga 2 kali pada Asian Games 1962 dan 1974. Indonesia, yang sekarang terlihat payah, mempunyai prestasi dengan menempati peringkat keempat dua kali di Asian Games, yaitu pada 1954 dan 1986. Pada Asian Games 1958 di Tokyo, Jepang Indonesia menempati peringkat ketiga usai mengalahkan India. Vietnam, yang dahulu terbagi dua, utara dan selatan, juga mempunyai prestasi. Dan ini digenggam Vietnam Selatan yang dua kali berturut-turut menjadi runner-up pada Piala Asia 1956 dan 1960. Kamboja, sudah disinggung, menempati peringkat keempat pada Piala Asia 1972. Ini menjadi prestasi negara tersebut yang pada masa itu sedang teramuk perang sipil. Hal yang cukup berpengaruh pada negara yang identik Angkor Wat di masa-masa selanjutnya sehingga Kamboja pun menjadi tim kelas dua di Asia Tenggara. Meskipun begitu, Kamboja bisa berbangga karena Hok Sochetra, striker legendaris Kamboja yang dianugerahi gelar pemain terbaik Asia Tenggara pada 1997.

lookatvietnam.com

Selepas itu, negeri-negeri di Asia Tenggara mengalami kepayahan dalam sepak bola. Bangkitnya negeri-negeri di Asia Timur dan munculnya negeri-negeri di Asia Barat karena limpahan minyak, membuat Asia Tenggara seperti menjadi inferior dan bahkan penonton. Pada gelaran Piala Asia 2011 lalu, tak ada satu pun tim dari Asia Tenggara yang lolos ke putaran final. Pada Piala Asia 2015 nanti, harapan itu sepertinya akan tersemat pada Malaysia yang bersama-sama merebut peringkat ketiga terbaik meski mustahil karena harus bersaing dengan tim-tim dari Asia Barat. Ketika 4 negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam) sama-sama ditunjuk untuk menyelenggarakan Piala Asia 2007, hanya Vietnam yang mampu lolos dari penyisihan grup. Untuk ukuran Piala Dunia, sampai saat ini, hanya Indonesia yang dianggap mewakili Asia Tenggara pada 1938 meskipun ada kontroversi yang menyertai seperti penggunaan nama Hindia-Belanda yang ditolak oleh kaum nasionalis Indonesia hingga sekarang meski diakui FIFA.

Lalu bagaimana dengan klub? Sebenarnya setali tiga uang. Namun lolosnya Buriram hingga ke perempat final AFC Champions League seperti menjadi pertanda kebangkitan Asia Tenggara mengingat Asia Tenggara masih punya taji di ajang antar-klub nomor satu di Asia ini. Ketika dimulai pada 1967, Selangor tercatat menjadi klub Asia Tenggara yang menjadi runner-up. Prestasi itu kemudian diikuti oleh Thai Farmers Bank yang juara dua kali berturut-turut pada 1993-1994 dan 1994-1995. BEC Tero Sassana juga hendak mengikuti prestasi itu, sayang klub terkuat di Thailand ini hanya menjadi runner-up pada 2003. PSMS Medan boleh jadi ialah klub Indonesia yang menempati peringkat keempat di ajang ini pada 1970. Klub Indonesia yang lain seperti Pelita Jaya dan Krama Yudha Tiga Berlian menempati peringkat 3 pada 1990-1991 dan 1985-1986. Asia Tenggara sebenarnya masih diperhitungkan hingga pertengahan 90-an. Sayang setelah itu menjadi tak berdaya. Kebanyakan gugur di penyisihan. Hanya di ajang antar-klub Asia nomor dua, klub-klub Asia Tenggara bisa berbicara meski tak jadi juara dan hanya sampai semifinal. Inilah yang dilakukan Bin Duong, Da Nangh, Bontang FC, dan Muangthong United.

Untuk ajang regional, Asia Tenggara yang dipayungi oleh AFF atau ASEAN Football Federation sejak 1984 mempunyai dua ajang prestisius, SEA Games dan Piala AFF. Untuk SEA Games, Thailand sudah 13 kali menjuarai sepak bola di ajang multi-cabang dua tahunan ini. Diikuti Malaysia 6 kali, Myanmar 5 kali, dan Indonesia 2 kali. Karena prestasinya itu, Thailand dijuluki sebagai raja sepak bola Asia Tenggara. Di ajang lainnya, Piala AFF yang digelar sejak 1996, tercatat "negeri gajah putih" sudah 3 kali menjuarai. Prestasi itu hanya kalah dengan Singapura yang sudah 4 kali menjuarai sejak 2002 hingga terakhir 2012. Diikuti Vietnam dan Malaysia sebanyak 1 kali. Indonesia menjadi negara yang harus menduduki posisi runner-up sebanyak empat kali tanpa pernah menjadi juara sekalipun.

Hingga hari ini, sepak bola tetap populer di Asia Tenggara. Karena persaingan yang begitu kental dan ketat dari timnas negara-negara Asia Tenggara dalam SEA Games dan Piala AFF, rivalitas pun tercipta seperti Indonesia-Malaysia, Malaysia-Singapura, Thailand-Vietnam, dan Thailand-Singapura. Beberapa dari rivalitas ada yang murni olahraga namun ada juga karena politis dan historis. Asia Tenggara pun juga menjadi pasar potensial sepak bola dunia. Banyak klub-klub Eropa mencari fans hingga ke Asia Tenggara dengan mengadakan tur musim panas setiap tahunnya. Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam menjadi sekian negara-negara Asia Tenggara yang selalu disinggahi. Selain singgah, beberapa klub itu juga berafiliasi dengan klub-klub lokal. Afiliasi yang bisa dibilang menguntungkan terutama untuk pembinaan.  Indonesia menjadi salah satu pasar potensial yang cukup berpengaruh  karena dinilai mempunyai wilayah yang cukup luas dengan kompetisi dan fanatisme sepak bola yang bergemuruh daripada negara-negara lain di Asia Tenggara. Kepemilikan beberapa orang Asia Tenggara seperti Tony Fernandez, Erick Thohir, Vincent Tan, dan Vichai Srivaddhanaprabha di beberapa klub elite Eropa cukup mempengaruhi. Pada 2015, untuk meningkatkan kualitas klub-klub di Asia Tenggara diselenggarakan ASEAN Super League untuk kali pertama dan pada 2030 Asia Tenggara berniat menyelenggarakan Piala Dunia menyusul suksesnya Piala Asia 2007 meskipun hanya boleh dua negara yang ikut mencalonkan bukan empat seperti yang selama ini diinginkan.

Share this post