Myanmar: Tersilapnya Sang Raksasa Sepak Bola Asia Tenggara

Piala Asia U-19 2014 kemarin menjadi ajang pembuktian sebuah tim asal Asia Tenggara yang juga tuan rumah, Myanmar. Negara yang terletak bersempadan dengan India ini menapaki langkah hingga semifinal dan menjadi juara empat pada turnamen itu. Meski sebatas U-19, prestasi yang ditorehkan Myanmar seakan mengingatkan kembali pada penggila sepak bola, terutama di Asia Tenggara akan sebuah tim yang pernah mendominasi sepak bola kawasan itu pada dekade 60-an dan 70-an. Selain itu, Myanmar merupakan tim asal Asia Tenggara yang pernah menjadi runner-up Piala Asia 1968 dua kali juara Asian Games pada 1966 dan 1970.

wikipedia.org

Bersama-sama dengan Thailand yang hingga kini masih mendominasi sepak bola Asia Tenggara, Myanmar merupakan tim yang disegani, baik di kawasan Asia Tenggara dan Asia. Prestasi-prestasi yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya membuat tim mempunyai kekuatan yang setara dengan tim-tim Asia Timur dan Iran. Masa keemasan Myanmar itu terjadi pada masa kepelatihan Sein Hlaing. Pelatih yang pernah melatih tim berjuluk malaikat putih selama 15 tahun ini telah memberikan berbagai gelar untuk Myanmar. Selain juara Asian Games dua kali, Hlaing juga mempersembahkan 5 lima kali juara SEAP Games dan 3 kali juara Merdeka Games di Malaysia. Hal inilah yang membuat ia menjadi pelatih paling sukses dalam sejarah sepak bola negara itu. Karena itu, FIFA memberinya gelar Centennial Order of Merit pada 2004.

Jika Hlaing yang menjadi pelatih yang membawa Myanmar berjaya pada dekade 60-an dan 70-an, Suk Bahadur merupakan salah satu pemain terbaik yang berada di dalam tim dan dekade itu. Pemain kelahiran Shan itu merupakan penyerang terbaik yang pernah dimiliki Myanmar. Penyerang keturunan Gurkha ini merupakan kapten tim Myanmar selama 18 tahun dan telah memenangi banyak gelar seperti Asian Games dan SEAP Games.

veergorkha.com

Selepas era keemasan itu, perlahan tapi pasti, Myanmar mulai mengalami kemunduran. Situasi politik menjadi penyebab di samping keterlambatan regenerasi. Setelah situasi politik di dalam negeri stabil, Myanmar mulai memperbaiki tim nasionalnya untuk bisa menyamai, bahkan melebihi prestasi di dekade 60-an dan 70-an. Hasilnya, tim ini pernah menembus semifinal Piala Tiger (AFF) 2004, juara di Turnamen Merdeka pada 2006, dan terakhir juara Peace Cup 2014 di Filipina. Untuk tingkat Asia, prestasi yang ditorehkan di Piala Asia U-19 membawa Myanmar otomatis berpartisipasi di Piala Dunia U-20 2015 yang akan diselenggarakan di Selandia Baru.

Share this post