-->

P.Ramlee: Si Serbabisa Bersuara Merdu dari Malaysia

Ia dikenal sebagai seniman Malaysia serbabisa sepanjang masa. Tak hanya populer di Malaysia, tetapi juga di Singapura, Indonesia, dan Brunei.
 

P.Ramlee. Nama itu tentu tidaklah asing, terutama bagi telinga orang Malaysia sebab sosok yang satu ini merupakan pahlawan mereka di bidang kesenian. Lahir dengan nama Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh ---sebuah nama yang mengindikasikan bahwa ia adalah keturunan Aceh--- dari pasangan Teuku Nyak Puteh asal Lhoksemauwe dan Che Mah binti Hussein asal Kubang Buaya, Butterworth pada 22 Maret 1929 di Pulau Penang, P.Ramlee dikenal sebagai seniman legendaris Malaysia yang serbabisa. Ia tak hanya dikenal karena suara merdunya namun juga aktingnya dalam berbagai film yang dimainkan dan disutradarai seperti Hang Tuah, tetralogi Bujang Lapok, dan Madu Tiga.
http://acehdalamsejarah.blogspot.com


Masa pendidikannya hingga meletusnya Perang Dunia Kedua banyak dihabiskan di tempat lahirnya. Pertama, ia bersekolah di Sekolah Melayu Kampung Jawa. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Kebangsaan Francis Light, dan terakhir Penang Free School. Ketika Semenanjung Malaya ikut diduduki Jepang dalam Perang Dunia Kedua, ia memutuskan menjadi tentara Angkatan Laut Jepang atau Kaigun.

Ketika Perang Dunia usai, P.Ramlee kembali melanjutkan sekolahnya di Free Penang School hingga tamat. Dua tahun setelah perang usai, 1947, ia mulai menerjunkan diri dalam kesenian. Sebuah bidang yang akan terus dihinggapinya hingga akhir hayatnya. P.Ramlee yang semasa pendidikannya di Free Penang School pernah menjadi pemimpin brass band, pada tahun itu mulai menyambangi kejuaraan menyanyi di Radio Pulau Penang dan menjadi juaranya. Di kejuaraan ini pula ia memperkenalkan nama P.Ramlee. P sendiri berarti Puteh, nama ayahnya. Ia sendiri sangat menghormati ayahnya. Sebelum mengikuti kejuaraan menyanyi di radio, ia sempat mengikuti kelompok musik Orkes Teruna Sekampung dan Sinaran Bintang Sore. Dalam memainkan alat musik, ia mempunyai kemampuan memainkan ukulele, gitar, dan biola.

Setahun berikutnya, usai berjaya di kejuaraan menyanyi, ia merambah ke dunia seni peran. Chinta menjadi film pertamanya. Dalam film ini ia berperan sebagai penjahat dan penyanyi latar. Setelah Chinta, ia bermain dalam Nasib dan beberapa judul film lainnya. Tercatat hingga 1955, ia telah bermain dalam 27 judul film. Pada 1956, P.Ramlee bermain sebagai Hang Tuah dalam Hang Tuah. Film yang diangkat dari kisah pahlawan Melayu ini memenangkan music scoring terbaik dan aktor wanita pembantu terbaik dalam Festival Film Asia ke-3 di Hongkong pada tahun yang sama. P.Ramlee pun juga terkenal lakonnya dalam tetralogi Bujang Lapok bersama Azis Sattar dan S. Shamsuddin. Tetralogi ini menceritakan kehidupan tiga pria bujang yang dikemas dengan unsur-unsur komedi. L.Khrisnan disebut sebagai guru bagi P.Ramlee dalam berakting hingga ia terus mencapai kejayaan dalam film-filmnya. Dekade 1950-an dan 1960-an boleh dibilang merupakan masa-masa keemasan P.Ramlee sebagai aktor dan sutradara.
flickriver.com


Namun, masa keemasan dan kejayaan itu tidak sebanding dengan kehidupan rumah tangganya. Tercatat ia tiga kali menikah. Pertama dengan Junaidah Daeng Harris, seorang aktris Malaysia pada 1950. Dari pernikahan yang hanya bertahan selama 4 tahun ini ia dikaruniai dua putra, Mohd. Nasir dan Arfan. Kedua dengan Noorizan Mohd.Noor, seorang kerabat Kesultanan Perak. Sayang, pernikahan itu berakhir pada 1961. Terakhir dengan Saloma, biduanita dan juga aktris Malaysia pada tahun yang sama. Saloma juga merupakan teman main P.Ramlee dan beberapa film dan menyanyi dalam beberapa lagu. Dia juga yang menjadi istri terakhir P.Ramlee sampai seniman kebanggaan Malaysia itu wafat pada 29 Mei 1973 di Kuala Lumpur karena serangan jantung.

Semasa hidupnya, ada 66 film telah dibintangi oleh P.Ramlee. Beberapa di antaranya sebagai sutradara. Di film-film itu, ia juga tak selamanya menjadi protagonis tetapi juga antagonis. Terutama di Ali Baba Bujang Lapok (1961) yang ia menjadi penjahat pemimpin penyamun. Selepas kepergiannya ia dianugerahi gelar Bintang Kebesaran Darjah Panglima Mahkota dan nama Tan Sri pun ditambahkan di depan namanya pada 1990. Rumah kelahirannya pun dijadikan objek wisata. Namanya pun kemudian dijadikan sebuah nama jalan di Kuala Lumpur pada 1982 dan rumah terakhirnya di Kuala Lumpur dijadikan Pustaka Peringatan P.Ramlee. Di Kuching, namanya juga diabadikan sebagai nama jalan dan pada 2009 mendapat gelar penghargaan kebangsawanan dari Kesultanan Serawak. Ia juga, pada 2005, dianugerahi gelar doktor filsafat seni. Ketika Malaysia merayakan kemerdekaanya yang ke-50 pada 2007, ia termasuk dalam Anak Gemilang Malaysia karena dianggap mempunyai sumbangan yang tepat untuk negeri itu. Lakonnya pun masuk dalam salah satu serial Upin-Ipin.

ms.wikipedia.org


Kepamoran P.Ramlee tak hanya sebatas di Malaysia tetapi juga ke beberapa negeri jiran seperti Singapura, Brunei, dan Indonesia. Di Indonesia, kepopuleran P.Ramlee pada dekade 50-an bahkan sampai 60-an ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Buku antologi cerpen Betawi, Gambang Jakarte karya Firman Muntaco menjadi bukti P.Ramlee sungguh populer di Indonesia. Itu terlihat dari salah satu cerpen yang berada di antologi tersebut.


0 Response to "P.Ramlee: Si Serbabisa Bersuara Merdu dari Malaysia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel