Serumpun
Serumpun. Sebuah kata yang cukup akrab di telinga. Kata itu akan selalu mengarah ke persamaan-persamaan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Misal dalam disiplin ilmu. Antara matematika, fisika, kimia, dan biologi akan selalu terdapat persamaan-persamaan karena mereka masuk ke dalam rumpun ilmu eksakta yang mengandalkan kemutlakan melalui penghitungan-penghitungan. Begitu juga antara sejarah, arkeologi, antropologi, sosiologi, dan ekonomi. Kesemuanya berada dalam rumpun ilmu sosial yang mengandalkan dinamika dan interpretasi alias tidak selalu mengandalkan penghitungan-penghitungan. Selain disiplin ilmu serumpun juga berlaku dalam negara-bangsa. Di dalam negara-bangsa serumpun akan selalu mengacu kepada persamaan-persamaan warna kulit, ras, nenek moyang, agama, dan bahasa. Kalau sudah begitu kita akan mudah mengatakan orang-orang kulit putih masuk ke ras yang sama, yaitu kaukasoid dan tinggal di belahan bumi utara sebelah barat sehingga muncul istilah orang-orang Barat. Sedangkan di timur tinggal orang-orang yang bukan berkulit putih alias kuning langsat. Namun jika diperhatikan istilah Barat dan Timur sebenarnya rancu karena tak semua orang kulit putih tinggal di barat. Ada juga orang kulit putih yang tinggal di timur (Arab, Persia, India, Turki) dan selatan (Australia, Amerika Selatan). Begitu juga di timur tidak semuanya kuning langsat tetapi juga coklat, dan terkadang hitam. Inilah yang terlihat di kawasan Asia Tenggara dan kawasan bangsa Melanesia di Samudra Pasifik.
Hal serumpun inilah yang terkadang membingungkan, jika konteksnya menyangkut Asia Tenggara. Serumpun akan selalu mengarah kepada kesamaan Indonesia dan Malaysia hanya karena kesamaan dalam bahasa, agama, dan budaya. Meskipun hal itu harus dikritik lagi. Berpegangan pada prinsip serupa tapi tak sama terdapat perbedaan-perbedaan antara keduanya terutama pada konteks Melayu. Di Indonesia Melayu hanya mengacu kepada salah satu suku bangsa, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Tetapi di Malaysia mengacu kepada orang asli, yaitu mereka yang disebut dengan bumiputera. Suatu istilah untuk membedakan dengan Cina dan India, dua etnis lain yang dianggap bukan asli di Malaysia. Permasalahan lain muncul ketika serumpun tidaklah menyentuh kepada mereka yang berada di Indonesia Timur, terutama di Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua. Di tiga pulau itu orang-orangnya dianggap bukan Melayu, melainkan Melanesia yang berasal dari ras melanosoid. Hal itu didapat dari bentuk muka dan tubuh yang terlihat kasar dan berwarna hitam meskipun terdapat campuran antara mongoloid dan melanosoid. Seperti yang terlihat di Maluku dan menjadi jembatan antara kedua ras itu di Indonesia. Kenyataannya, Nusa Tenggara Timur, terutama Pulau Timor berserumpun dengan Timor Leste, negara tetangga Indonesia di Samudera Hindia. Sedangkan Papua berserumpun dengan Papua Nugini, negara tetangga di timur Pulau Papua.
Menyikapi istilah serumpun yang bersifat politis sebagai hasil rekonsiliasi Indonesia dan Malaysia setelah Konfrontasi, saya bersikap netral dan ingin mengatakan bahwa Indonesia merupakan rumah semua rumpun. Indonesia sejujurnya tak harus serumpun dengan Malaysia semata jika melihat konteks Melayu dan Islam, tetapi juga dengan Brunei dan Singapura. Dua negara ini serumpun dengan Melayu Kalimantan, Melayu Singapura, dan Cina Singapura. Toh, Indonesia jika melihat ke konteks Islam di Asia Tenggara jugalah serumpun dengan orang-orang Mindanao di Filipina Selatan yang ternyata berdarah Melayu. Melayu juga suku asli Filipina sebelum kedatangan Spanyol. Itu berarti Filipina sejatinya serumpun dengan Indonesia. Toh, para penggagas Melayu Raya sebetulnya berasal dari negara ini walaupun mereka mestizo dan Kristen. Para penggagas itu, Rizal dan Macapagal, menyadari bahwa Melayu sesungguhnya merupakan ras yang berada di Kepulauan Nusantara dan termasuk orang-orang Austronesia seperti yang pernah diungkapkan Blumenbach. Jika mengacu pada pandangan itu, secara genetis suku-suku yang bukan disebut Melayu seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Dayak merupakan ras melayu namun dalam bentuk sinkretis bukan sintetis seperti di Semenanjung Melayu dan Sumatera.
Kemudian kalau berpegangan pada prinsip ras non-Melayu alias Austronesia yang juga melingkupi Filipina dan kepulauan-kepulauan di Pasifik, Madagaskar, dan Selandia Baru Timor Leste sejatinya juga serumpun bukan hanya dalam Pulau Timor, melainkan orang-orang dan bahasanya yang digolongkan Austronesia. Sebab, dalam sejarahnya Timor Leste mempunyai nenek moyang Austronesia yang berasal dari Filipina. Nenek moyang ini datang dan berasimilasi dengan orang-orang Melanesia yang sudah menetap. Hal demikian berlaku juga di Maluku. Bagaimana dengan Papua?
Secara genetis, Papua memang berserumpun dengan orang-orang Aborigin di Australia, orang-orang Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu di Samudera Pasifik. Dari bentuk fisik memang terlihat sama. Begitu juga bahasanya. Namun secara bahasa dan sejarah, Papua berserumpun dengan orang-orang Mongoloid (ras Melayu) di Indonesia Barat. Sebab saya mengatakan Indonesia rumah semua rumpun bebas mengatakan Indonesia serumpun dengan negara mana pun. Sejatinya, Indonesia bukanlah bangsa tetapi kumpulan bangsa-bangsa yang terikat dalam sebuah wadah bernama negara. Ya, pandangan netral ini sejatinya juga berawal dari pandangan antara Soekarno dan Ibrahim Yaakob perihal Indonesia/Melayu Raya.
Tak hanya di Asia Tenggara Maritim, di Asia Tenggara Daratan hal serupa terlihat pada serumpunnya Kamboja, Thailand, dan Laos. Ketiga negara serumpun dalam budaya karena sama-sama mewarisi kebudayaan Khmer. Namun dari ketiganya hanya Thailand dan Laos yang serumpun nenek moyang, sama-sama bernenek moyang orang Tai, yang berasal dari Cina Selatan. Orang-orang Tai yang bermigrasi dari Cina Selatan itu lalu membentuk jaringan permukiman bernama muang dan vieng di daerah-daerah kekuasaan orang-orang Khmer, suku terbesar di Kamboja. Mereka kemudian menyerap kebudayaan Khmer sebagai pondasi untuk mendirikan kerajaan-kerajaan yang lepas dari hegemoni Khmer. Di sebelah timur, tepatnya di Vietnam Selatan, terdapat orang-orang Champa yang secara genetis serumpun dengan orang-orang di Kepulauan Nusantara. Tak hanya genetis tetapi juga bahasa dan agama. Di utara, orang-orang Vietnam berserumpun budaya dan agama dengan orang-orang Cina. Sedangkan di barat, Myanmar, tepatnya orang-orang Burma berserumpun dalam bahasa, budaya, juga agama dengan orang-orang Tibet, Nepal, dan orang-orang sipit di India Timur Laut.
Jika melihat lagi pada laku historis, sejatinya Asia Tenggara serumpun antara satu sama lain. Orang Jawa dan Sumatera berserumpun bahasa pengantar, agama, dan budaya dengan orang-orang Khmer dan Champa. Dua imperium laut, Sriwijaya dan Majapahit, mempunyai kekuasaan yang mencapai Asia Tenggara Daratan, juga Papua dan daratan Australia. Beberapa kerajaan di Asia Tenggara Daratan juga demikian. Perkawinan antarsuku bangsa dan penyatuan agama menjadikan keserumpunan itu secara genetis tetap ada. Itulah yang menjadi faktor didirikannya ASEAN.
Hal serumpun inilah yang terkadang membingungkan, jika konteksnya menyangkut Asia Tenggara. Serumpun akan selalu mengarah kepada kesamaan Indonesia dan Malaysia hanya karena kesamaan dalam bahasa, agama, dan budaya. Meskipun hal itu harus dikritik lagi. Berpegangan pada prinsip serupa tapi tak sama terdapat perbedaan-perbedaan antara keduanya terutama pada konteks Melayu. Di Indonesia Melayu hanya mengacu kepada salah satu suku bangsa, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Tetapi di Malaysia mengacu kepada orang asli, yaitu mereka yang disebut dengan bumiputera. Suatu istilah untuk membedakan dengan Cina dan India, dua etnis lain yang dianggap bukan asli di Malaysia. Permasalahan lain muncul ketika serumpun tidaklah menyentuh kepada mereka yang berada di Indonesia Timur, terutama di Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua. Di tiga pulau itu orang-orangnya dianggap bukan Melayu, melainkan Melanesia yang berasal dari ras melanosoid. Hal itu didapat dari bentuk muka dan tubuh yang terlihat kasar dan berwarna hitam meskipun terdapat campuran antara mongoloid dan melanosoid. Seperti yang terlihat di Maluku dan menjadi jembatan antara kedua ras itu di Indonesia. Kenyataannya, Nusa Tenggara Timur, terutama Pulau Timor berserumpun dengan Timor Leste, negara tetangga Indonesia di Samudera Hindia. Sedangkan Papua berserumpun dengan Papua Nugini, negara tetangga di timur Pulau Papua.
Menyikapi istilah serumpun yang bersifat politis sebagai hasil rekonsiliasi Indonesia dan Malaysia setelah Konfrontasi, saya bersikap netral dan ingin mengatakan bahwa Indonesia merupakan rumah semua rumpun. Indonesia sejujurnya tak harus serumpun dengan Malaysia semata jika melihat konteks Melayu dan Islam, tetapi juga dengan Brunei dan Singapura. Dua negara ini serumpun dengan Melayu Kalimantan, Melayu Singapura, dan Cina Singapura. Toh, Indonesia jika melihat ke konteks Islam di Asia Tenggara jugalah serumpun dengan orang-orang Mindanao di Filipina Selatan yang ternyata berdarah Melayu. Melayu juga suku asli Filipina sebelum kedatangan Spanyol. Itu berarti Filipina sejatinya serumpun dengan Indonesia. Toh, para penggagas Melayu Raya sebetulnya berasal dari negara ini walaupun mereka mestizo dan Kristen. Para penggagas itu, Rizal dan Macapagal, menyadari bahwa Melayu sesungguhnya merupakan ras yang berada di Kepulauan Nusantara dan termasuk orang-orang Austronesia seperti yang pernah diungkapkan Blumenbach. Jika mengacu pada pandangan itu, secara genetis suku-suku yang bukan disebut Melayu seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Dayak merupakan ras melayu namun dalam bentuk sinkretis bukan sintetis seperti di Semenanjung Melayu dan Sumatera.
Kemudian kalau berpegangan pada prinsip ras non-Melayu alias Austronesia yang juga melingkupi Filipina dan kepulauan-kepulauan di Pasifik, Madagaskar, dan Selandia Baru Timor Leste sejatinya juga serumpun bukan hanya dalam Pulau Timor, melainkan orang-orang dan bahasanya yang digolongkan Austronesia. Sebab, dalam sejarahnya Timor Leste mempunyai nenek moyang Austronesia yang berasal dari Filipina. Nenek moyang ini datang dan berasimilasi dengan orang-orang Melanesia yang sudah menetap. Hal demikian berlaku juga di Maluku. Bagaimana dengan Papua?
Secara genetis, Papua memang berserumpun dengan orang-orang Aborigin di Australia, orang-orang Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu di Samudera Pasifik. Dari bentuk fisik memang terlihat sama. Begitu juga bahasanya. Namun secara bahasa dan sejarah, Papua berserumpun dengan orang-orang Mongoloid (ras Melayu) di Indonesia Barat. Sebab saya mengatakan Indonesia rumah semua rumpun bebas mengatakan Indonesia serumpun dengan negara mana pun. Sejatinya, Indonesia bukanlah bangsa tetapi kumpulan bangsa-bangsa yang terikat dalam sebuah wadah bernama negara. Ya, pandangan netral ini sejatinya juga berawal dari pandangan antara Soekarno dan Ibrahim Yaakob perihal Indonesia/Melayu Raya.
Tak hanya di Asia Tenggara Maritim, di Asia Tenggara Daratan hal serupa terlihat pada serumpunnya Kamboja, Thailand, dan Laos. Ketiga negara serumpun dalam budaya karena sama-sama mewarisi kebudayaan Khmer. Namun dari ketiganya hanya Thailand dan Laos yang serumpun nenek moyang, sama-sama bernenek moyang orang Tai, yang berasal dari Cina Selatan. Orang-orang Tai yang bermigrasi dari Cina Selatan itu lalu membentuk jaringan permukiman bernama muang dan vieng di daerah-daerah kekuasaan orang-orang Khmer, suku terbesar di Kamboja. Mereka kemudian menyerap kebudayaan Khmer sebagai pondasi untuk mendirikan kerajaan-kerajaan yang lepas dari hegemoni Khmer. Di sebelah timur, tepatnya di Vietnam Selatan, terdapat orang-orang Champa yang secara genetis serumpun dengan orang-orang di Kepulauan Nusantara. Tak hanya genetis tetapi juga bahasa dan agama. Di utara, orang-orang Vietnam berserumpun budaya dan agama dengan orang-orang Cina. Sedangkan di barat, Myanmar, tepatnya orang-orang Burma berserumpun dalam bahasa, budaya, juga agama dengan orang-orang Tibet, Nepal, dan orang-orang sipit di India Timur Laut.
Jika melihat lagi pada laku historis, sejatinya Asia Tenggara serumpun antara satu sama lain. Orang Jawa dan Sumatera berserumpun bahasa pengantar, agama, dan budaya dengan orang-orang Khmer dan Champa. Dua imperium laut, Sriwijaya dan Majapahit, mempunyai kekuasaan yang mencapai Asia Tenggara Daratan, juga Papua dan daratan Australia. Beberapa kerajaan di Asia Tenggara Daratan juga demikian. Perkawinan antarsuku bangsa dan penyatuan agama menjadikan keserumpunan itu secara genetis tetap ada. Itulah yang menjadi faktor didirikannya ASEAN.
0 Response to "Serumpun"
Post a Comment