Serba-Serbi Kereta Api di Asia Tenggara
globalbhasin.blogspot.com |
Di bawah ini merupakan serba-serbi kereta api di Asia Tenggara. Berikut serba-serbi singkatnya:
Jalur kereta sama-sama dibangun oleh
negara yang menjajah. Kecuali di Thailand, yang pembangunannya
diawali dengan ketertarikan Raja Rama IV terhadap model/ miniatur
jalan rel kereta api yang dihadiahkan oleh Ratu Elizabeth.
Dibangun 117 tahun setelah revolusi
industri di Inggris. Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama
yang membangun jalur kereta api pada 1867. Rutenya ialah
Kemijen-Tanggung sejauh 25 kilometer.
Kebanyakan dibangun untuk kepentingan
ekonomi negara yang menjajah, pada awalnya.
Pada masa kolonial, Indonesia menjadi
negara Asia Tenggara yang maju dalam kereta api sebab bisa membuat
kereta jarak jauh yang mampu melaju selama sehari (pagi sampai sore),
Eendagscheexpresstreien jurusan Jakarta-Surabaya.
Pada masa pendudukan Jepang di Asia
Tenggara, kebanyakan jalur rel digunakan untuk kepentingan Jepang.
Banyak rel yang kemudian panjangnya diperkecil dan dibawa ke negara
lain. Ini yang dialami Indonesia. Beberapa jalur dicopot paksa dan
dibawa Jepang ke Myanmar. Selain Indonesia, Filipina juga mengalami.
Pada masa pendudukan Jepang juga
terjadi peristiwa rel kematian. Ini sebuah istilah yang merujuk pada
pembangunan rel di Myanmar-Thailand sejauh 415 kilometer. Kebanyakan
korban ialah para interniran Eropa yang disuruh bekerja paksa hingga
meninggal. Peristiwa ini mengilhami munculnya film The Bridge of
River Kwai.
Selain di Myanmar, peristiwa serupa
terjadi juga di Indonesia. Tepatnya pada 1943 di Provinsi Riau.
Ribuan tawanan perang dan romusha dipaksa mengerjakan jalur rel yang
menghubungkan Muaro-Pekanbaru.
Jalur kereta terpanjang dimiliki
Indonesia, yaitu 5. 042 kilometer. Kedua, dimiliki Thailand (4.346
km).
Kebanyakan operator kereta api skala
besar, baik penumpang atau barang di Asia Tenggara dipegang oleh
negara. Seperti di Indonesia (PTKA), Malaysia (KTMB dan SSR),
Filipina (PNR), Vietnam (VR), Myanmar (MR), Thailand (SRT), dan
Kamboja (RCR). Namun di masa lalu, tepatnya pada masa kolonial,
operator-operator kereta api di Asia Tenggara dipegang oleh swasta
atau perusahaan dagang.
Malaysia menjadi negara yang operator
kereta api skala besarnya ada dua. Yaitu, KTMB atau Kereta Api Tanah
Melayu Berhad di Malaysia Barat (Semenanjung Malaysia) dan SSR atau
Sabah State Railway di Malaysia Timur (Kalimantan).
Singapura, Laos, dan Brunei adalah
negara-negara yang tidak mempunyai operator kereta api skala besar.
Singapura, negara pulau di Asia
Tenggara, jalur kereta api skala besarnya dipegang oleh KTMB
mengingat ada jalur terkoneksi antara Malaysia dan Singapura.
Negara Asia Tenggara lainnya, Laos,
dipegang oleh SRT karena jalur antara Laos dan Thailand.
Dan Laos merupakan negara di Asia
Tenggara yang hanya mempunyai satu stasiun, Stasiun Thanaleng.
Brunei, meskipun mempunyai jalur
kereta, namun tidak aktif.
Indonesia, negara terbesar di Asia
Tenggara, hanya mempunyai jalur kereta aktif di Sumatera dan Jawa.
Pulau-pulau lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua tidak
sama sekali. Di masa kolonial, Sulawesi sempat mempunyai jalur kereta
aktif.
Vietnam menjadi negara yang jalur
keretanya aktif dari utara hingga selatan negara itu. Namun, jalur
yang melintas itu kebanyakan jalur tunggal sehingga mengakibatkan
perjalanan bisa mencapai 58 jam. Jalur utara di Vietnam bersambungan
langsung ke Cina.
Metro adalah jaringan transportasi
publik dalam kota yang terdiri dari transportasi berbasis rel, jalan
raya, atau sungai. Tentu saja metro dalam hal ini ialah metro
berbasis rel. Yang termasuk metro ialah MRT, MLRT, dan monorel. Untuk
sistem metro ini, Filipina menjadi pelopor (Manila Light Rapid
Transit) kemudian diikuti Singapura (Singapore Mass Rapid Transit),
Thailand (BTS Skytrain).
Selanjutnya Malaysia yang mengembangkan
monorel (RapidKL). Monorel Malaysia menjadi yang pertama di Asia
Tenggara. Monorel ini selanjutnya akan diikuti oleh Indonesia
(Jakarta Eco Transport dan Monorel Bandung Raya). Indonesia juga akan
mengembangkan MRT (MRT Jakarta). Begitu juga Malaysia (Klang Valley
MRT). Sedangkan Vietnam membuat dan mengembangkan metro di Hanoi dan
Ho Chi Minh.
Untuk kereta bandara, hanya 4 negara
yang sampai sekarang memiliki. Yaitu, Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Indonesia. Berbeda dengan ketiga negara yang mengoperasikan
kereta bandara di ibu kota, Indonesia malah mengoperasikannya di luar
ibu kota. Tepatnya di Kuala Namu, Sumatera Utara.
Di Asia Tenggara belum ada kereta
supercepat dan baru sebatas wacana. Namun, yang mendekati kenyataan
ialah jalur kereta api supercepat antara Kunming (Cina) dan
Singapura. Beberapa negara di Asia Tenggara seperti Vietnam,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura berniat membangun kereta api
supercepat. Vietnam hendak membangun dari Hanoi ke Ho Chi Minh,
Indonesia Jakarta-Surabaya, Jakarta-Bandung, Malaysia dan Singapura
antar kedua negara tersebut.
Rata-rata lebar jalur rel kereta api di
Asia Tenggara berkisar pada angka 1.000 m, 1.067 m, dan 1.435 mm.
Kebanyakan jalur-jalur itu dihimpit
pasar dan permukiman seperti di Indonesia, Thailand, Vietnam,
Filipina, dan Kamboja.
Kamboja merupakan negara Asia Tenggara
paling unik karena mempunyai kereta bambu di Battambang.
Kamboja juga merupakan negara yang
operator rel kereta api skala besarnya didanai operasionalnya oleh
perusahaan transportasi asal Australia, Toll Holding Company.
Jalur-jalur kereta api di Indocina
mengalami kerusakan parah selama Perang Indocina atau Perang Vietnam
sehingga membutuhkan rehabilitasi dengan biaya yang sangat besar.
Di Asia Tenggara, hanya beberapa negara
mempunyai kereta rel listrik atau KRL. Antara lain Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan Filipina. Kebanyakan KRL ini berpusat di ibu
kota dan daerah penyangganya yang padat penduduk. Di Indonesia (KA
Commuter Jabodetabek) berada di megapolitan Jakarta dan daerah-daerah
penyangganya seperti Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Di Malaysia
berpusat di Lembah Klang yang di dalamnya terdapat Kuala Lumpur,
Selangor, dan Seremban. Di Singapura berpusat di seluruh wilayah, dan
bahkan mengarah ke Bandara Changi. Di Filipina berpusat di Metro
Manila. Indonesia merupakan negara pertama pengguna KRL di Asia
Tenggara yang dimulai pada 1930 (Jakarta-Bogor)
Mayoritas operator-operator kereta api
di Asia Tenggara masih mengimpor, baik untuk lokomotif, gerbong, dan
rangkaian kereta. Kebanyakan mengimpor dari Jepang, AS, Eropa, Korea
Selatan, Cina, Rusia, bahkan dari dalam regional sendiri.
INKA atau Industri Kereta Api, sebagai
satu-satunya perusahaan pembuat kereta api di Indonesia dan Asia
Tenggara merupakan perusahaan nasional kereta api yang kerap
menyuplai kereta untuk KRL, KRD (kereta rangkaian diesel), dan
lokomotif. Selain itu, perusahaan ini mengekspor gerbong-gerbongnya
untuk kereta ekspres Senandung Malam (Malaysia-Singapura), Maitree
Ekspress ke Bangladesh, kereta ballast ke Thailand, dan wagon ke
Australia. Perusahaan ini juga membuat dan menyuplai beberapa railbus
di Palembang, Solo, dan Padang. INKA juga akan menyuplai monorel
Jabodetabek yang direncanakan melintas antara Cibubur/Bekasi
Timur-Kuningan (Jakarta).
Dipo kereta api terbesar di Asia
Tenggara berada di Indonesia, tepatnya di Depok, kota di selatan
Jakarta. Dipo yang berada di Depok ini merupakan dipo khusus KRL.
Jalur-jalur internasional di Asia
Tenggara: Malaysia-Singapura, Cina-Vietnam, Thailand-Malaysia,
Laos-Thailand, dan Myanmar-Thailand.
Jalur internasional Malaysia-Singapura
merupakan satu-satunya jalur internasional yang melintasi laut karena
berada di atas Selat Johor. Jalur kereta api lainnya segera
menyusul, yaitu jalur rel Jembatan Selat Sunda dan akan menjadi jalur
kereta api terpanjang di Asia Tenggara.
Selain jalur internasional Kunming-Singapura, terdapat rencana jalur yang akan menghubungkan Asia Tenggara dengan Eropa melalui Trans-Asia
Jalur kereta api termuda yang dibangun
pada masa kolonial di Asia Tenggara berada di Kamboja. Yaitu 1930.
Jalur ini menghubungkan ibu kota Kamboja, Phnom Penh dan Poipet, kota
di perbatasan Thailand. Jalur ini lengkap seluruhnya pada 1942.
Tes
ReplyDelete