Timor Leste: Si Lusophone di Asia Tenggara
Tanggal 20 Mei 2002. Setelah tiga tahun di bawah pengawasan PBB sejak referendum kemerdekaan pada 1999, sebuah negara baru lahir di kawasan Asia Tenggara. Negara itu adalah Timor Leste. Timor Leste yang berarti timur di sebelah timur adalah sebuah negara kecil yang berbatasan darat dan laut dengan Indonesia dan laut dengan Australia. Letaknya yang berada di Pulau Timor, dan beribu kota di Dili ini, Timor Leste sebelumnya adalah wilayah Indonesia semenjak 1976. Ketika di masa Indonesia berkuasa yang dipenuhi dengan banyak tragedi kemanusiaan serta perlawanan dari Fretilin, ia menjadi provinsi ke-27 negara ini, dan dinamai Timor Timur.
Jauh sebelumnya, Timor Leste adalah wilayah Portugis sejak 1769. Nama administrasinya adalah Timor Portugis. Di masa Portugis berkuasa pun, banyak perlawanan seperti dari Dom Boaventura pada 1912 yang berpuncak pada deklarasi kemerdekaan oleh Francisco Xavier Amaral pada 28 Desember 1975. Mengingat sejarahnya yang kental dengan Portugis, amat wajar jika negara ini berbau Portugis, terutama dari nama orang-orangnya serta penggunaan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi di samping Tetum.
Timor Leste adalah negara yang serumpun dengan Indonesia, terutama dengan penduduk Timor Barat atau wilayah-wilayah yang masuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di dalam provinsi itu agama Katolik dan nama-nama berbau Portugis begitu kental mengingat pengaruh Portugis yang begitu kuat pada awal abad ke-16. Wajar jika Timor Leste kemudian menjadi anggota komunitas bahasa Portugis atau Lusophone setelah merdeka, dan menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara di dalam perserikatan itu. Di Lusophone inilah Timor Leste mendapat bantuan kebahasaan dari Portugis dan Brasil untuk menghidupkan dan menggiatkan kembali bahasa Portugis yang dilarang selama pendudukan Indonesia. Meski begitu, bahasa Indonesia tidak dihilangkan sama sekali. Bersama-sama dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa kerja. Apalagi masih banyak warga Timor Leste yang melanjutkan pendidikan di Indonesia.
Timor Leste adalah salah satu negara Katolik di Asia Tenggara setelah Filipina. Apabila negara ini sudah bisa bergabung dengan ASEAN, tentu akan ada dua negara Katolik dalam tubuh organisasi regional Asia Tenggara itu, dan ia juga akan menjadi negara ASEAN yang keportugisan di samping Filipina yang kespanyolan. Sampai saat ini status Timor Leste adalah calon anggota. Kalau dilihat dari sejarahnya, jauh sebelum Portugis datang, Timor Leste juga merupakan bagian dari Majapahit, dan nenek moyang mereka berasal dari Indocina, Semenanjung Melayu, dan dataran tinggi di Minangkabau. Hal ini menandakan bahwa Timor Leste terikat secara keetnisan apalagi bahasanya, Tetum, masih merupakan rumpun Austronesia. Walaupun alasan bergabung ke ASEAN lebih dikarenakan masalah ekonomi mengingat ekonomi negara tersebut yang dalam proses membangun setelah pendudukan asing yang berkepanjangan. Sehingga dengan bergabung ke ASEAN tentu akan membantu ekonomi negara ini.
wikipedia |
Jauh sebelumnya, Timor Leste adalah wilayah Portugis sejak 1769. Nama administrasinya adalah Timor Portugis. Di masa Portugis berkuasa pun, banyak perlawanan seperti dari Dom Boaventura pada 1912 yang berpuncak pada deklarasi kemerdekaan oleh Francisco Xavier Amaral pada 28 Desember 1975. Mengingat sejarahnya yang kental dengan Portugis, amat wajar jika negara ini berbau Portugis, terutama dari nama orang-orangnya serta penggunaan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi di samping Tetum.
Timor Leste adalah negara yang serumpun dengan Indonesia, terutama dengan penduduk Timor Barat atau wilayah-wilayah yang masuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di dalam provinsi itu agama Katolik dan nama-nama berbau Portugis begitu kental mengingat pengaruh Portugis yang begitu kuat pada awal abad ke-16. Wajar jika Timor Leste kemudian menjadi anggota komunitas bahasa Portugis atau Lusophone setelah merdeka, dan menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara di dalam perserikatan itu. Di Lusophone inilah Timor Leste mendapat bantuan kebahasaan dari Portugis dan Brasil untuk menghidupkan dan menggiatkan kembali bahasa Portugis yang dilarang selama pendudukan Indonesia. Meski begitu, bahasa Indonesia tidak dihilangkan sama sekali. Bersama-sama dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa kerja. Apalagi masih banyak warga Timor Leste yang melanjutkan pendidikan di Indonesia.
Timor Leste adalah salah satu negara Katolik di Asia Tenggara setelah Filipina. Apabila negara ini sudah bisa bergabung dengan ASEAN, tentu akan ada dua negara Katolik dalam tubuh organisasi regional Asia Tenggara itu, dan ia juga akan menjadi negara ASEAN yang keportugisan di samping Filipina yang kespanyolan. Sampai saat ini status Timor Leste adalah calon anggota. Kalau dilihat dari sejarahnya, jauh sebelum Portugis datang, Timor Leste juga merupakan bagian dari Majapahit, dan nenek moyang mereka berasal dari Indocina, Semenanjung Melayu, dan dataran tinggi di Minangkabau. Hal ini menandakan bahwa Timor Leste terikat secara keetnisan apalagi bahasanya, Tetum, masih merupakan rumpun Austronesia. Walaupun alasan bergabung ke ASEAN lebih dikarenakan masalah ekonomi mengingat ekonomi negara tersebut yang dalam proses membangun setelah pendudukan asing yang berkepanjangan. Sehingga dengan bergabung ke ASEAN tentu akan membantu ekonomi negara ini.
0 Response to "Timor Leste: Si Lusophone di Asia Tenggara"
Post a Comment