Ramayana di Asia Tenggara
Ramayana, nama yang begitu populer di dunia. Sebuah epik yang menceritakan kebaikan melawan kejahatan dengan drama pengorbanan dan lakon cinta kasih di antara para pelakunya. Kisah mengenai Rama yang berusaha membebaskan istrinya, Sinta (Sita) dari cengkraman Rahwana yang menculiknya di sebuah hutan kala Rama dan adiknya, Laksmana, berburu kijang. Sebuah penculikan dari kisah pengasingan yang berujung pada sebuah pertempuran yang melibatkan banyak koalisi antara manusia dan kera. Muncullah nama seperti Hanuman, Subali, dan Sugriwa sebagai pihak-pihak yang saling pro dan kontra. Menjadi kawan bagi Rama dan Rahwana.
Pada akhirnya, Rahwana yang sudah ditakdirkan menjadi jahat karena ia menculik Sinta sebagai istri sah Rama, meskipun ia nyatanya yang benar-benar mencintai Sinta, harus dikalahkan. Ini dilakukan supaya Rama bisa bersatu dengan Sinta kembali meski nanti Rama malah mempertanyakan keperawanan Sinta yang berujung pada pengucilan dari Ayodya dan penceraian Sinta oleh Rama.
Ramayana pun menjadi epik besar India yang bersanding dengan Mahabharata. Epik besar ini kemudian melanglang buana ke luar India bersamaan dengan penyebaran agama Hindu oleh negeri Hindustan tersebut. Beberapa wilayah di Asia, khususnya yang bertetangga dengan India pun juga mempunyai cerita Ramayana dalam kebudayaan mereka. Kebanyakan berada di Asia Tenggara. Tercatat beberapa negara di Asia Tenggara yang mengalami proses indianisasi mempunyai epik besar ini namun dengan versi masing-masing yang disesuaikan dengan tempat, nama, dan keadaan. Bahkan ada yang melepaskan unsur Hindu dan memasukkan unsur lokal. Negara-negara itu, antara lain: Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Nah, berikut penjelasan singkat masing-masing versi Ramayana di beberapa negara Asia Tenggara:
Indonesia : Kakawin Ramayana
indonesiaindonesia.com |
Negeri kepulauan terbesar di dunia ini mempunyai versi Ramayana yang disebut dengan Kakawin Ramayana. Berasal dari Jawa, tepatnya dari tahun 870 M ketika pada masa Kerajaan Mataram Hindu, Kakawin Ramayana merupakan sebuah syair terpanjang dalam periode Jawa Hindu. Meskipun dalam beberapa cerita mempunyai kemiripan dengan Ramayana asli, perbedaan terlihat dalam akhir cerita yang menyatakan Rama dan Sinta tetap hidup bersama di Ayodya. Kakawin Ramayana sering dipentaskan dalam bentuk wayang kulit, tarian, dan wayang orang. Seorang peneliti sastra dari Indonesia, Manomohan Gosh, menyatakan Kakawin Ramayana sebenarnya lebih mirip dengan Rawanawadha.
Malaysia: Hikayat Seri Rama
ms.wikipedia.org |
Negeri jiran Malaysia juga mempunyai versi Ramayana yang disebut dengan Hikayat Seri Rama. Cerita ini kemungkinan besar dibawa oleh pedagang-pedagang Jawa pada masa Syailendra dan Sriwijaya. Hikayat Seri Rama hampir sama dengan Ramayana asli namun memiliki perbedaan dalam cerita yang lebih menokohkan Laksmana daripada Rama. Beberapa tokoh pun di-melayu-kan seperti Sita yang disebut dengan Siti Dewi dari Sita Devi, Siwa menjadi Betara Guru, dan Raja Bayu dari Vayu. Masuknya Hikayat Seri Rama ke Semenanjung Melayu ini bersamaan juga dengan dibawanya kesenian wayang kulit dari Jawa sebagai medium penceritaan dan juga menggunakan teknik oral dengan penglipur lara sebagai pencerita. Hikayat Seri Rama lalu menjadi bagian dari budaya nasional Malaysia dan dipelajari sebagai bagian dari pendidikan moral.
Filipina: Maharadia Lawana
http://asean-community.tumblr.com |
Meskipun Filipina secara sepintas lebih erat dengan kebudayaan Latin, negara kepulauan kedua terbesar di Asia Tenggara ini ternyata beberapa peninggalan Hindu seperti prasasti dari awal abad ke-10 di Laguna de Bay dan cerita Ramayana versi Filipina yang disebut dengan Mahardia Lawana. Kerajaan Sriwijaya dan Medang di Jawa disebut-sebut sebagai pembawa cerita ini ke Filipina. Mahardia Lawana sendiri adalah cerita Ramayana Filipina yang berasal dari suku Maranao di Mindanao, Filipina Selatan. Cerita hampir sama namun terdapat perbedaan karakter, nama, dan alur. Di dalam cerita ini, Rahwana disebut dengan Mahardia Lawana dan berkepala delapan. Disebutkan ia seorang pangeran yang diusir ke pulau seberang. Sedangkan Rama, Sita, dan Laksamana disebut dengan Radia Mangandiri, Malaila Ganding, dan Radia Mangawa. Dan Hanuman bernam Laksmana. Akhir cerita tetap sama dengan penyebutan Ayodya sebagai Agama Niog.
Thailand: Ramakien
uddhamsotto.com |
Jika diartikan secara literal, Ramakien berarti kejayaan sang raja. Itulah Ramayana versi Thailand yang menjadi cerita epik nasional "negeri gajah putih". Ramayana masuk ke Thailand pada masa Kerajaan Sukhothai, kerajaan pertama di Thailand. Penceritaan Ramayana memakai media berupa wayang kulit khas Thailand, Nang, yang diadopsi dari wayang kulit Jawa. Penceritaannya kemudian ditambahkan unsur-unsur animisme lokal Thailand seperti adanya duyung bernama Suvannamaccha, kaki tangan Ravana (Rahwana) yang dijatuhcintai oleh Hanuman. Ramakien sendiri terdiri dari beberapa versi yang beberapa di antaranya lenyap ketika Ayutthaya, kerajaan pengganti Sukhotai diserang Kerajaan Konbaung dari Myanmar pada 1700-an. Versi itu kemudian ada yang bisa diselamatkan dan ditulis ulang dengan pengawasan dari Rama I. Menarik tentunya melihat Thailand adalah negara Buddha dari awal tetapi mempunyai epik Hindu. Relief Ramakien kebanyakan diperlihatkan di Wat Phra Kew.
Kamboja: Reamker
en.wikipedia.org |
Reamker menjadi penamaan untuk Ramayana versi Kamboja. Jika diartikan sama dengan arti dari Ramakien. Kesamaan arti bukanlah sebuah kebetulan mengingat Kamboja dan Thailand memiliki kemiripan dalam budaya dan struktur bangunan. B.P Grosslier dalam Indocina: Persilangan Kebudayaan menyatakan bahwa kemiripan itu dikarenakan belajarnya orang-orang Thailand kepada Kamboja sebelum mendirikan sebuah kerajaan. Karena sama, tentu saja penceritaan dan pemberian nama-nama tokohnya juga demikian. Sama seperti Ramakien, Reamker juga dijadikan epik nasional. Reamker biasanya diperlihatkan di relief-relief Angkor Wat dan Banteay Srei dan tiap tahunnya dipentaskan di Angkor Wat. Pertunjukkan itulah yang menginspirasi Sukarno ketika berkunjung ke Kamboja pada 1950-an dan menyuruh membuat pertunjukkan yang sama di Candi Prambanan. Kemunculan Ramayana di Kamboja tentu saja dikarenakan indianisasi di negara itu yang kemudian membuat Kamboja menjadi negara Hindu terbesar dengan Kerajaan Khmer-nya.
Laos: Phra Lak Phra Ram
fr.wikipedia.org |
Artinya, Laksmana dan Rama. Inilah judul dari Ramayana versi Laos. Tidak seperti Thailand, meskipun sama-sama penduduknya mayoritas beragama Buddha, unsur hinduisme dalam cerita Ramayana ini beberapa dihilangkan. Cerita dalam Phra Lak Phra Lam ini malah seperti cerita dalam Kitab Jataka, kisah awal Buddha sebelum menjadi Buddha sehingga Phra Ram diidentifikasikan dengan Siddharta Gautama. Bisa dibilang Phra Lak Phra Ram seperti halnya Hikayat Seri Rama yang membuang unsur Hindu-nya lalu dimasukkan unsur-unsur Islam. Dalam cerita ini pun, lebih mengedepankan Laksamana sebagai tokoh utama daripada Rama. Meski begitu, dewa-dewa seperti Indra, Syiwa, dan Brahma tetap ada dalam cerita dan disesuaikan dengan nama-nama Laos seperti Phra In, Phra Isouane, dan Phra Phrom. Bahkan, Jatayu, burung rajawali raksasa kenalan Desarata yang mencoba menolong Sita dari Rahwana digantikan oleh Garuda dengan nama Phagna Khrout.
Myanmar: Yama Zatdaw
en.wikipedia.org |
Itulah penjelasan singkat mengenai Ramayana-Ramayana yang beredar dan hidup di beberapa negara Asia Tenggara. Terlihat beda pada penamaan judul, tokoh, dan tempat serta pemasukan unsur-unsur lokal. Meskipun begitu, inti cerita tetaplah sama: Rama melawan Rahwana demi mengambil Sita yang diculik sang dasamuka sampai keduanya bertemu dan bersatu kembali untuk beberapa saat. Hingga kini, melalui proses kearifan lokal, Ramayana-Ramayana itu masih tetap lestari dan India sebagai penyebar Ramayana tentunya boleh berbangga Ramayana bisa diadopsi oleh wilayah-wilayah yang terindianisasi tersebut. Tidak ada kemarahan sama sekali.
Sumber: wikipedia dan nri.com
0 Response to "Ramayana di Asia Tenggara"
Post a Comment