Asia Tenggara Pasca-Perang Dingin dan Kontemporer: Dinamika dalam 25 Tahun
Runtuhnya Uni Soviet
pada 1991 menjadi penanda berakhirnya Perang Dingin antara dua kubu:
Blok Barat dan Timur. Otomatis, runtuhnya negara transbenua itu juga
berdampak di seluruh bagian dunia, tak terkecuali Asia Tenggara.
Pasca-Perang Dingin di kawasan ini ditandai dengan mulai membukanya
negara-negara komunisme Indocina seperti Vietnam dan Laos. Vietnam,
yang memulai kembali normalisasi dengan mantan rivalnya di Perang
Vietnam, Amerika Serikat pada 1994, dan seturut dengan berakhirnya
embargo negara-negara Barat terhadap negara itu, bergabung dengan
organisasi negara-negara Asia Tenggara, ASEAN, pada 1995. Kebijakan
bergabung dan membuka diri itu sejalan dengan reformasi ekonomi, doi moi, yang
dilakukan Vietnam pada dekade 1980-an . Reformasi ekonomi itu pun membuat ekonomi Vietnam menggeliat
secepat kilat. Vietnam menjadi tujuan para investor asing dan lokasi
membuka pabrik perakitan. Vietnam Airlines, maskapai penerbangan
negara itu, yang sebelumnya tidak diperhitungkan, kini menjadi
maskapai elite di Asia Tenggara dan Asia.
palgarve.com |
Langkah Vietnam
kemudian diikuti oleh Laos dan Myanmar pada 1997. Mengenai Laos,
negara terkunci di Asia Tenggara ini sejujurnya tidak mempunyai letak
yang benar-benar strategis. Pada masa kolonial, Prancis tidak
menganggap penting. Namun karena ikut dialiri Sungai Mekong dan
berbatasan dengan Thailand serta mempunyai ikatan historis yang kuat
dengan “negeri gajah putih” membuat Laos hingga hari ini dan
sepenuhnya bergantung kepada Thailand. Melalui Thailandlah, para
investor membanjiri Laos yang tengah menggeliatkan sektor
pariwisatanya. Bentuk fisik keeratan kedua negara terlihat dalam Jembatan Persahabatan Thailand-Laos yang melintasi Sungai Mekong.
Sedangkan Myanmar,
yang dahulu bernama Burma, bergabung dengan ASEAN dengan penuh tanda
tanya dari negara-negara anggota lain. Masalah rezim militer yang
berkuasa dan menggagalkan pemilihan umum yang demokratis menjadi
penyebab di samping keuntungan yang didapat jika Myanmar bergabung
dengan ASEAN. Memang semenjak bergabung ke dalam ASEAN hingga hari
ini, Myanmar tampak menjaga jarak dan menutup rapat-rapat masalah
internal yang dihadapi. Ketika masalah rezim militer selalu menguap
dan pembebasan Aung San Suu-Kyi selalu disuarakan hilang karena sejak
2011 negara itu membuka diri, muncullah masalah baru, yaitu genosida
etnis Rohingya, yang mengemuka semenjak 2013. Permasalahan etnis ini
sebenarnya sudah sejak lama, ketika Myanmar memerdekakan diri dari
Inggris dan dipegang rezim militer. Namun permasalahan yang muncul
belakangan ini malah semakin membuka mata dunia bahwa demokrasi yang
hendak dijalankan di Myanmar tidak sepenuhnya berpihak pada kaum
minoritas. Apalagi, Rohingya, etnis minoritas yang tidak diakui itu
beragama Islam, memicu gelombang protes anti-Myanmar di beberapa
negara Asia Tenggara yang mayoritas muslim. Myanmar seperti sendiri
tampak masa bodoh, bahkan dengan sesama negara ASEAN pun. Pada 2006, Myanmar memindahkan ibu kotanya dari Yangon ke Nayphitaw, yang dianggap lebih mencirikan kebangsaan Myanmar karena terdapat tiga patung para pemimpin Myanmar pra-kolonial.
Negara Indocina
terakhir yang kemudian menjadi anggota ASEAN ialah Kamboja, yaitu
pada 1999. Di masa Perang Dingin Kamboja beberapa kali terlibat
perang saudara sehingga melahirkan banyak pergantian rezim dan
kekacauan. Namun yang akan paling sering diingat adalah rezim teror
Pol-Pot yang kemudian berhasil dipukul mundur oleh Vietnam, yang
menguasai negara itu hingga akhir 80-an. Ketika Vietnam pergi, banyak
yang mengatakan Kamboja akan jatuh dalam kekacauan kembali sehingga
membutuhkan campur tangan internasional melalui PBB untuk membentuk
pemerintahan transisi yang dipimpin Norodom Sihanouk. Dari
pemerintahan transisi yang kemudian menggelar pemilihan umum,
terbentuklah duo pemerintahan yang dipegang oleh FUCINPEC dan KPK
dengan Norodom Ranarridh dan Hun Senh sebagai perdana menteri. Namun
hubungan antara kedua kubu pemegang pemerintahan itu tak mulus.
Puncaknya, pada 1997, Hun Sen mengudeta Rannaridh dan menjadi perdana
menteri sendiri. Di satu sisi, keamanan Kamboja mulai benar-benar
aman ketika Khmer Merah yang bergerilya mulai menghentikan aksinya
seiring meninggalnya Pol Pot di dalam hutan pada 1998. Meninggalnya
Pol Pot menjadi awal dimulainya pengadilan terhadap para mantan
petinggi Khmer Merah yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa
beberapa orang.
Normalnya Kamboja
juga ditandai dengan geliat pariwisata di negara itu yang selalu
mengandalkan Angkor Wat, candi yang juga sebagai identitas nasional.
Namun permasalahan muncul pada 2003 ketika seorang aktris Thailand
mengatakan bahwa candi itu milik Thailand. Ungkapan itu lantas memicu
demonstrasi besar-besaran sehingga membuat hubungan Kamboja dan
Thailand memburuk. Pada 2008, kedua negara bersaing memperebutkan
Preah Vihear, candi di perbatasan kedua negara. Keadaan ini masih
berlangsung hingga sekarang meskipun Mahkamah Internasional pada 1964
telah tegas menyatakan Preah Vihear masuk wilayah Kamboja.
Bergabungnya
negara-negara itu ke dalam ASEAN membuat organisasi itu, menurut para
pengamat, berada dalam dua ritme, cepat dan lambat. Cepat untuk
menggambarkan lima negara pendiri ASEAN plus Brunei, sedangkan lambat
untuk menggambarkan negara-negara komunis Indocina plus Myanmar yang
mulai membuka diri. Kondisi lima negara pendiri ASEAN plus Brunei
pada masa berakhirnya Perang Dingin hingga masa kontemporer boleh
dibilang fluktuatif, terutama menyangkut ekonomi dan politik. Dari
kelimanya hanya Singapura yang tetap stabil. Awal 1990-an Asia
Tenggara menjadi saksi bangkitnya ekonomi secara besar-besaran yang
dilakukan oleh Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Di
negara-negara ini beberapa sektor utama yang menunjang hajat hidup
orang banyak berkembang sehingga merangsang pembangunan dan
memberikan kemakmuran. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi mencapai 80%,
suatu pencapaian yang bagus di masa kepresidenan Soeharto yang
populer disebut dengan Orde Baru. Pada masa inilah banyak orang
Indonesia yang sudah bisa membaca dan menulis. Beberapa infrastruktur
di pedesaan juga mulai dibangun. Namun di satu sisi pencapaian yang
diperlihatkan Indonesia menjadi kontras kala Orde Baru dianggap
mengekang kebebasan berekspresi dalam segala hal dan melakukan
jawanisasi dalam segala sektor. Inilah yang kemudian menyulut
perlawanan beberapa kelompok yang berpuncak pada Mei 1998 ketika
Soeharto mundur dan seketika Orde Baru runtuh. Keruntuhan Orde Baru
itu di dalam masa krisis keuangan yang melanda Asia Tenggara. Selepas
keruntuhan itu, Indonesia mulai mengalami beberapa permasalahan
kompleks seperti separatisme, konflik antar-etnis dan agama, korupsi,
dan terorisme. Beberapa daerah seperti Aceh dan Papua mulai bergolak
menuntut pelepasan diri karena merasa hak-hak mereka diabaikan.
Ketika terjadi hal seperti itu tiba-tiba Timor-Timur, salah satu
provinsi di Indonesia, melepaskan diri pada 1999 dan berganti nama
menjadi Timor Leste. Negara ini merupakan negara terbaru di Asia
Tenggara. Melihat yang terjadi pada Timor-Timur, Pemerintah Indonesia
segera memberikan hak otonomi pada daerah-daerah yang rawan
separatisme, Aceh dan Papua.
Masalah lain yang
muncul ialah konflik antar-etnis dan agama yang terjadi di Maluku dan
Poso. Dari konflik-konflik yang mengarah kepada disintegrasi bangsa
ini muncullah gejala terorisme yang ingin membentuk negara
berdasarkan agama. Perang Indonesia terhadap terorisme dimulai sejak
2002 setelah peristiwa Bom Bali, atau setahun setelah peristiwa 11
September 2011, yang menewaskan ratusan orang. Nama Jamaah Islamiyah
mulai muncul sebagai organisasi teroris yang paling sering
dibicarakan karena menjadi pelaku banyak pengeboman di Indonesia.
Beberapa pelaku pengeboman seperti Amrozi dan Imam Samudera berhasil
ditangkap dan dieksekusi. Namun perang ternyata belum berakhir
meskipun gembong-gembong teroris selepas kedua yang disebut itu telah
tewas, salah satunya Noordin M.Top, warga negara Malaysia yang satu
organisasi dengan para pelaku pengeboman Bom Bali. Sebab kini
terorisme telah menampakkan diri dalam bentuk sebuah negara khalifah
bernama ISIS.
Indonesia pada masa
pasca-Perang Dingin juga ditandai dengan diadakannya pemilu presiden
langsung yang dimulai pada 2004. Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi
orang terpilih pertama dalam proses pemilihan langsung itu. Ia
memimpin Indonesia pasca-Reformasi 1998 selama 10 tahun (2004-2014),
dan merupakan pemimpin militer yang menjadi warga sipil pertama
setelah reformasi. Sebelum SBY, Indonesia dipimpin oleh Megawati
Soekarnoputri, anak Presiden Soekarno, presiden wanita pertama di
Indonesia dan kedua di Asia Tenggara setelah Gloria Macapagal-Arroyo.
Pemerintahan SBY
ditandai dengan ditangkapnya banyak koruptor dan teroris dan
memperkuat Indonesia di mata internasional. Meskipun demikian ia dan
partainya, Partai Demokrat, juga disebut-sebut tidak lepas dari
korupsi. Pada masa SBY Indonesia seringkali terlibat konflik
perbatasan dan kebudayaan dengan Malaysia. Masalah konflik ini memang
menghangat selepas jatuhnya Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia
pada 2003. Hal yang demikian membuat orang-orang Indonesia mulai
sadar untuk memproteksi kebudayaannya sendiri dan menjadi sensitif
ketika ada berita Malaysia mengklaim kebudayaan. Di masa SBY pula
Indonesia terkena bencana mahadahsyat pada 2004 berupa tsunami yang
menghantam Aceh. Bencana yang menewaskan ratusan ribu orang itu
mendatangkan simpati internasional dan membuat Aceh selanjutnya pada
masa perdamaian ketika Pemerintah Indonesia dan GAM sepakat berdamai
di Helsinki setahun kemudian. Selepas SBY, Indonesia diperintah oleh
Jokowi, mantan tukang kayu asal Solo yang dikenal oleh dunia
internasional mengenai kebijakan Poros Maritimnya dan eksekusi enam
terpidana gembong narkoba internasional di Nusakambangan.
Di Thailand, kondisi
yang ditemui pada masa berakhirnya Perang Dingin dan kontemporer,
ialah lonjakan ekonomi negara itu dari sektor manufaktur dan
perdagangan ekspor-impor. Kondisi yang demikian menyebabkan Thailand
makmur hingga ke desa terpencil. Barang-barang elektronik dan listrik
bukanlah sesuatu yang sulit dimiliki dan ditemui. Posisi historis
Thailand sebagai negara terbesar di Asia Tenggara Daratan dan tidak
pernah dijajah membuat masyarakatnya terkena mental siwilai
atau peradaban yang memungkinkan mereka tidak sulit mengakses dunia
luar. Namun di sisi lain, kudeta militer tetap menghantui. Selepas
kudeta militer terakhir pada 1991 terhadap Chatichai Choonhavan yang
dianggap korupsi, Thailand memang mengalami masa-masa yang cukup lega
hingga 2006. Masa-masa lega itu diisi dengan pembangunan ekonomi,
pariwisata, dan perang terhadap pemberontakan orang-orang Melayu di
Patani, Thailand Selatan.
Pembangunan ekonomi
di semua sektor menjadikan Thailand sebagai rumah terpecaya para
investor asing untuk berinvestasi, terutama di bidang otomotif,
elektronik, dan olahraga. Para investor itu juga memberikan negara
ini lisensi sehingga Thailand bisa memproduksi sendiri. Hasil
pertanian berupa beras ikut menyumbang devisa bagi perekonomian
Thailand. Surplus beras tiap tahunnya menjadikan negara ini lumbung
padi terbesar di Asia Tenggara. Dari sektor pariwisata Thailand
menjadi magnet bagi para pelancong karena mempunyai banyak tempat
wisata alam dan sejarah. Meskipun, dalam kenyataannya, Thailand lebih
dikenal sebagai tempat wisata prostitusi.
Terjadinya serangan
teroris terhadap Amerika Serikat pada 2001 membuat Thailand waspada
terhadap wilayah selatannya yang mayoritas dihuni orang-orang Melayu.
Orang-orang ini, yang berada di Patani dan sekitarnya, sudah sejak
lama ingin memisahkan diri dari Thailand. Usaha separatisme inilah
yang sering mengakibatkan ketegangan di Thailand Selatan. Konflik
dengan pemberontak muslim di Patani sebenarnya sudah dimulai pada
1960 namun mencapai puncaknya pada 2001 hingga sekarang. Konflik yang
menewaskan ratusan orang itu sebenarnya dimulai ketika Thailand mulai
menundukkan wilayah Patani pada abad ke-19, wilayah yang sebelumnya
merupakan vasal Thailand, yang kala itu disebut Siam. Masuknya
wilayah Patani yang mayoritas orang Melayu sesungguhnya menimbulkan
perbedaan yang cukup dalam dari bahasa dan perilaku. Orang-orang
Melayu, meskipun Chulalongkorn mengatakan bagian dari Thailand dengan
menyebut Thai Muslim, merasa adanya diskriminasi terhadap mereka
dalam berpakaian dan pendidikan. Orang-orang Thailand memang
menganggap remeh orang-orang Melayu sehingga harus di-Thailand-kan.
Inilah yang membuat orang-orang Melayu memberontak dan ingin
mendirikan negara sendiri atau bergabung dengan Malaysia. Ketika
terjadi konflik, Thailand berupaya meminta kepada Malaysia untuk
kooperatif dengan tidak ikut campur atau menjadi mediator perjanjian
damai.
Pada 2006, setelah
vakum belasan tahun, kudeta militer kembali muncul di Thailand. Kali
ini kudeta menimpa Thaksin Shinawatra, seorang perdana menteri
berdarah Cina pertama yang memimpin Thailand setelah raja Thaksin. Ia
juga dikenal sebagai pemilik perusahaan Shincorp dan pernah memiliki
saham mayoritas di klub sepak bola Manchester City. Thaksin
sesungguhnya sosok yang dianggap reformis, populer, dan dielu-elukan
di Thailand, terutama oleh mereka yang berasal dari pedesaan. Ia yang
memimpin Thailand sejak 2001 memang tidak disukai oleh mereka yang
berasal dari perkotaan. Selama masa pemerintahannya Thaksin berupaya
memakmurkan para penduduk di pedesaan melalui kredit mikro, pinjaman
dengan bunga rendah, dan uang tunai. Kebijakannya ini cukup berhasil.
Namun di lain sisi muncul dugaan oligarki yang menyeret keluarga dan
perusahaannya. Belum lagi aksi represif terhadap perlawanan di
Thailand Selatan, aksi skandal perusahaanya yang tidak membayar
pajak, serta hubungannya yang kurang harmonis dengan raja. Semua itu
berakumulasi pada datangnya kudeta militer yang menyebabkan Thaksin
melarikan diri ke luar negeri. Pada masa melarikan diri ia sempat
menjadi penasihat spesial urusan ekonomi Perdana Menteri Kamboja, Hun
Sen. Inilah yang membuat hubungan Thailand-Kamboja renggang.
Kudeta di Thailand
muncul kembali dan lagi-lagi menimpa saudara perempuan Thaksin,
Yingluck, yang berkuasa sejak 2011. Meskipun ketika kudeta Yingluck
sudah menyerahkan kekuasaannya Niwatthamrong Boonsongpaisan. Yingluck
adalah wanita pertama yang menjadi perdana menteri di negeri itu.
Namun, bau-bau Thaksin yang melekat pada dirinya membuatnya kurang
disukai oleh oposisi yang dipimpin Abhisit Vejjajiva. Hingga kemudian
pada 2014 kudeta militer di bawah pimpinan Jenderal Prayudh Chan
O-Cha datang dan menguasai Thailand dengan alasan keamanan nasional
hingga hari ini. Membuktikan bahwa “negeri gajah putih” tidak
bisa lepas dari kudeta militer semenjak 1932.
Literasi melek huruf
yang mencapai 90% menjadi penanda kemakmuran Malaysia pasca-Perang
Dingin dan kontemporer. Kemakmuran itu berawal dari usaha gigih dan
tangan besi Perdana Menteri Mahatthir Mohammad yang mengupayakan
penguatan ekspor karet, bijih besi, kelapa sawit, dan minyak bumi
melalui Petronas serta usaha otomotif nasional melalui Proton. Sosok
yang memimpin Malaysia pada 1981 hingga 2003 ini dikenal sebagai
sosok anti-Barat sehingga ada yang menyebutnya sebagai “Soekarno
kecil”. Ia juga dikenal dekat dengan Presiden Soeharto.
Di masa Mahatthir
pulalah Malaysia yang ia deklarasikan secara lisan sebagai negara
Islam berupaya mengambil simpati dari sesama negara mayoritas muslim,
terutama yang berada di Timur Tengah dan Bank Pembangunan Islam untuk
membangun negara itu. Citra Islam memang dipakai Mahatthir sebagai
cara untuk memajukan Malaysia. Ia dengan senang hati menerima arus
pengungsi dari Campa di Vietnam yang kemudian ditabalkan sebagai
Melayu dan muslim dan menjadi warga negara Malaysia. Pada masanya
Mahatthir menegaskan bahwa yang dimaksud Melayu itu haruslah muslim
sehingga ia mendapatkan kritik dari lawan-lawannya. Selain itu
melalui pengutamaan Melayu sebagai akibat Kerusuhan Mei 1969,
Mahatthir dinilai menomorduakan etnis Cina dan India. Kebijakan
pengutamaan Melayu juga ia lakukan melalui pengiriman tenaga-tenaga
kerja, terutama dari Indonesia, yang dianggap serumpun.
Namun kemajuan
Malaysia yang dibangun Mahatthir itu sempat terganggu kala ia
tiba-tiba menuduh mantan deputinya, Anwar Ibrahim, dengan alasan
sodomi dan dijeblokan ke penjara. Banyak yang mengatakan bahwa
tuduhan yang dialamatkan kepada Anwar semata-mata untuk menutupi
usaha reformasi yang dilakukan Anwar untuk mengungkap dan memberantas
korupsi dan nepotisme dalam tubuh pemerintahan Malaysia yang
didominasi UMNO. Anwar Ibrahim yang berulang kali dijebloskan ke
dalam penjara hingga sekarang berupaya mereformasi Malaysia melalui
koalisi bentukannya, Pakatan Rakyat. Di dalam koalisi itu terdapat PKR (Parti
Keadilan Rakyat), PAS (Parti Islam Se-Malaysia), dan PTD (Parti Tindakan Demokratik). Kedua-duanya
merupakan batu sandungan bagi UMNO dalam setiap pemilihan raya.
Koalisi ini juga dengan nama Bersih 2.0 kerap turun ke jalan
menyuarkan aspirasi menentang kebusukan yang dilakukan UMNO. Terakhir
kali Bersih 2.0 melakukan aksinya pada 2011.
Pada masa Mahatthir,
ibu kota administratif dipindahkan ke Putrajaya untuk mengurangi
kemacetan di Kuala Lumpur pada 1999. Langkah ini dinilai tepat bagi
banyak pengamat mengingat Kuala Lumpur sudah tidak mampu menampung
beban kemacetan yang merajalela di setiap sudut kota itu.
Pengganti Mahatthir,
Abdullah Ahmad Badawi, dinilai kurang begitu meyakinkan sebab dalam
Pemilihan Raya 2008, UMNO kalah telak di beberapa negara bagian
seperti Kelantan dan Terengganu. Inilah yang kemudian membuat Badawi
pada 2009 digantikan oleh Tun Najib Razak yang berkuasa hingga
sekarang. Perdana menteri anak Tun Abdul Razak ini mencoba membangun
Malaysia dengan program 1 Malaysia yang berupaya merangkul semua etnis
di Malaysia. Meskipun dalam prakteknya, Malaysia masih
dibayang-bayangi oleh isu diskriminasi dan korupsi. Semasa Badawi berkuasa, terdapat prestasi yang membanggakan untuk Malaysia karena berhasil mengirim warganya di luar angkasa, Syekh Muszaphar Shukor pada 2007. Malaysia menjadi negara Asia Tenggara kedua yang berhasil melakukannya setelah Pham Tuan dari Vietnam pada 1980.
Pada 2013, tiba-tiba
seratusan orang merangsek masuk ke wilayah Malaysia di Kalimantan,
Sabah, tepatnya di Lahad Datu. Orang-orang ini mengaku sebagai suruhan keturunan Kesultanan Sulu, Jamalul Kiram III, yang
ingin kembali mengambil wilayah Sabah yang secara historis berada
dalam wilayah kesultanan itu. Tak ayal, Pemerintah Malaysia segera
mengambil tindakan militer untuk menangkap atau mengusir orang-orang
itu. Masalah di Sabah ini seperti mengingatkan kembali akan
Konfrontasi Malaysia dan Indonesia yang juga melibatkan Filipina,
yang mengklaim Sabah. Masalah ini dapat terselesaikan ketika
Pemerintah Malaysia dan Filipina saling bekerja sama menangkap
orang-orang itu atau dengan cara negoisasi supaya mereka keluar dari Sabah.
Masalah perbatasan
memang menjadi masalah yang kronis untuk Malaysia. Tidak hanya dengan
Filipina, tetapi juga dengan Indonesia. Setelah Sipadan dan Ligitan
berhasil masuk ke wilayah Malaysia, negara ini berniat mengambil Blok
Ambalat yang kaya akan minyak. Namun hal itu ditentang Indonesia yang
mengatakan bahwa Blok Ambalat merupakan wilayah Indonesia yang sesuai
dengan perjanjian Belanda-Inggris di masa kolonial. Akibatnya
terjadilah demonstrasi besar-besaran terhadap Malaysia oleh Indonesia
pada 2005. Sampai sekarang belum ada penyelesaian mengenai sengketa
wilayah itu.
Kediktatoran yang
dilakukan Ferdinand Marcos sepanjang pemerintahannya hingga ia
terjungkal pada 1986 membuat Filipina dalam keterpurukan.
Penggantinya, Corazon Aquino, janda Benigno Aquino, kurang berhasil
menggairahkan ekonomi Filipina. Ketika Aquino digantikan oleh Fidel
Ramos, mantan jenderal Marcos yang membelot, perlahan ekonomi “negeri
pinoy” itu mulai mengarah kepada kemakmuran rakyat. Selain itu,
Ramos berupaya membuat Filipina berkesan di mata internasional dengan
mengikuti organisasi-organisasi ekonomi dunia seperti IMF dan Bank
Dunia. Ramos juga berupaya menghentikan konflik di Filipina Selatan
yang melibatkan Pemerintah Filipina dan muslim Moro melalui
perjanjian damai pada 1996. Konflik di Filipina Selatan seperti
merupakan bom waktu tinggalan kolonialisme yang dilakukan Spanyol dan
Amerika Serikat. Kedua negara Barat itu mengganggap wilayah Filipina
Selatan yang identik dengan Islam merupakan pengganggu dalam usaha
kristenisasi Filipina. Hal itulah yang kemudian diwariskan kepada
Filipina yang berupaya melakukan hal serupa. Dari pihak Moro sendiri,
mereka kerap melakukan perlawanan dan ingin memerdekakan diri dengan
nama Bangsamoro. Konflik yang berulang kali terjadi di wilayah
Filipina Selatan pada akhirnya mengundang simpati rekan-rekan
seagama, terutama dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand Selatan
untuk bergabung memerangi Filipina. Ketika konflik mulai mereda
beberapa alumni yang berperang di Filipina Selatan itu kerap
melanjutkan aksinya dengan menjadi teroris yang kemudian dicari
kepolisian.
Ramos kemudian
digantikan Joseph Estrada, seorang aktor kawakan yang berupaya
membawa Filipina dengan kebijakan populisnya. Sayang, skandal korupsi
yang menimpanya membuat ia harus dilengserkan oleh rakyatnya yang
turun ke jalan persis upaya melengserkan Marcos pada 1986. Aksi yang
disebut sebagai people power kedua itu pada 2001 kemudian diiringi
dengan pelantikan sang wakil Estrada, Gloria Macapagal-Arroyo, anak
Presiden Diosdado Macapagal, sebagai Presiden Filipina berikutnya.
Arroyo menjadi presiden wanita pertama Filipina dan di Asia
Tenggara. Di masa Arroyo yang memerintah selama 11
tahun, keadaan ekonomi Filipina fluktuatif. Ancaman terorisme global
yang digelorakan Al-Qaeda membuat negeri itu meneken perjanjian
keamanan dengan Amerika Serikat yang selama ini selalu menjadi mitra
Filipina. Di samping itu, Arroyo tetap berupaya melanjutkan kebijakan
memerangi separatisme di Filipina Selatan.
Posisi Arroyo
kemudian diganti oleh Benigno Aquino Jr, anak Senator Benigno Aquino,
yang pemerintahannya oleh dunia internasional akan diingat dengan
topan Haiyan yang menewaskan ratusan ribu orang pada 2013.
Lalu bagaimana
dengan Singapura dan Brunei?
Singapura, semenjak
berdirinya, terlihat tetap stabil dan aman. Negara kota yang
berhampiran dengan Selat Malaka itu tampak seperti oasis di Asia
Tenggara. Kekuatan ekonomi negara itu yang mengandalkan transit dan
perdagangan di atas rata-rata daripada negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Singapura pun menjadi negara terbersih keempat di dunia
dalam urusan korupsi menurut Indeks Transparansi Internasional
setelah Denmark, Swedia, dan Selandia Baru. Dalam beberapa hal,
Singapura juga mempunyai keunggulan diplomatik daripada
tetangga-tetangga besarnya, Indonesia dan Malaysia, yang terkadang
menimbulkan konflik walau bersifat kecil. Dengan Indonesia, Singapura
menguasai wilayah udara di Riau dan sekitarnya sehingga Indonesia
tidak bisa berdaulat atas wilayahnya sendiri. Singapura pun juga kuat
dengan tiadanya ekstradisi dengan Indonesia sehingga Indonesia tidak
bisa berbuat banyak apabila ada koruptor yang kabur dan tinggal di
Singapura. Begitu juga dengan masalah asap akibat pembakaran lahan di
Sumatera. Indonesia tidak berkutik kala menghadapi protes Singapura.
Padahal, perusahaan Singapuralah yang menyebabkan itu.
Dengan Malaysia,
negara ini pun sering berkonflik mengenai sumber air di
perbatasan kedua negara dan Pulau Batu Puteh yang dimenangkan Singapura. Apalagi Singapura kerap dianggap mengganggu
penduduk di Johor yang memang berbatasan langsung dengan negara itu.
Pada 2013, Malaysia menuduh Singapura melakukan penyadapan sehingga
hubungan kedua negara renggang. Hubungan kedua negara boleh dibilang
naik-turun setelah Singapura memutuskan memerdekakan diri dari
Malaysia.
Kemajuan yang
dicapai Singapura sejujurnya tidak terlihat banyak dalam politik
“negeri singa” mengingat hanya ada satu partai yang mendominasi,
yaitu PAP atau People Action Party. Hampir semua pemimpin Singapura
berasal dari PAP sehingga pemilihan umum yang diadakan akan selalu
menjadi milik PAP.
Singapura juga
membuat hubungan diplomatik, terutama dengan Amerika Serikat dan
Israel. Hubungan dengan Israel yang kerap mengundang protes dari
negara-negara jiran Singapura seperti Indonesia dan Malaysia bila
menyangkut masalah Palestina. Ketika terjadi perang terhadap
terorisme global oleh Amerika Serikat Singapura dijadikan basis
strategis.
Akhir 2013, oase
Singapura yang tampak tenang sedikit terkoyak ketika terjadi
kerusuhan di negara itu untuk pertama kalinya. Kerusuhan yang terjadi
pada Desember di Little India itu melibatkan banyak pendatang di Asia
Selatan yang terprovokasi oleh kejadian ditabraknya rekan mereka oleh
sebuah bis. Praktis, kerusuhan itu menjadi pemberitaan internasional
di mana-mana dan menjadi peringatan untuk Singapura agar membatasi
pekerja migran.
Untuk Brunei
Darussalam, tampaknya negara kecil di utara Kalimantan ini begitu
adem ayem. Cadangan minyak yang melimpah dijadikannya sebagai unsur
kemakmuran rakyat. Cadangan minyak itulah yang juga dijadikan sebagai
senjata melawan krisis moneter 1997-1998, 2008, dan minyak dunia.
Brunei yang sepanjang merdeka pada 1984 hingga sekarang telihat akan
selalu dipimpin Sultan Halsanal Bolkiah yang termasuk orang terkaya
di dunia. Tidak ada dinamika apapun di Brunei selain kasus skandal
Pangeran Jeffrey yang playboy. Selebihnya, Brunei tampak tertutup
dengan banyak pemberitaan mengingat kuatnya sensor di negara itu. Hal
lainnya, Brunei terlibat konflik dengan banyak negara-negara ASEAN
(Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam) dan Cina (RRC-Taiwan) mengenai
Kepulauan Spratly yang hangat kembali pada 2014 lalu.
Selepas merdeka pada
2002 dari Indonesia melalui referendum 1999, Timor Leste tampak
menjadi negara gagal ketika di awal-awal berdirinya negara itu
terjadi serangkaian perlawanan dan kudeta yang berpuncak pada 2006.
Negara baru di Asia Tenggara, yang dipimpin oleh para mantan kombatan Fretilin ini, juga harus menghadapi ketiadaan
infrastruktur yang mengakibatkan minyak dan gas yang dimiliki di
Celah Timor harus diolah dulu di Australia. Selama masa ini pula
Timor Leste berupaya menjalin hubungan persahabatan dengan banyak
negara, terutama dengan Indonesia yang dianggap masih memiliki
pengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan di negara itu. Bahasa
Indonesia, walaupun bukan bahasa resmi, masih ramai dituturkan.
Begitu juga berita-berita dari Indonesia. Masih ramai dibicarakan.
Mahasiwa-mahasiswa dari Timor Leste masih banyak yang belajar di
Indonesia. Pemilu terakhir pada 2013 yang menjadikan Taur Matan Ruak
sebagai pemimpin membuka banyak lahan investasi di negara itu, yang
kebanyakan berasal dari Indonesia. Indonesia juga menyambut niat
hangat Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Status Timor Leste sampai
hari ini adalah pengamat.
Asia Tenggara pada
pasca-Perang Dingin dan kontemporer menjadi saksi ketika kebijakan
bebas visa diterapkan di semua negara anggota ASEAN sehingga
memudahkan mobilitas orang-orang di Asia Tenggara dalam melakukan
kegiatan ekonomi dan berwisata. Semua demi integritas yang diusung
ASEAN.
0 Response to "Asia Tenggara Pasca-Perang Dingin dan Kontemporer: Dinamika dalam 25 Tahun"
Post a Comment