Hang Tuah: Kontroversialnya seorang Pahlawan Melayu
Dikenal baik di Indonesia dan Malaysia. Kisah seorang pahlawan Melayu yang cukup legendaris. Banyak kisah kontroversial mengenai dirinya. Komoditas politik yang kuat untuk Ketuanan Melayu.
------------------------
Alkisah, mengamuklah seorang penjahat di sebuah pasar. Amukannya membuat semua yang berada di pasar melarikan diri demi menyelamatkan diri dari amukan si penjahat. Amukan itu juga membuat terluka dan tewas orang-orang di pasar. Kejadian ini membuat negeri tempat pasar itu berada, Bintan, dalam kegemparan. Di tengah kegemparan itu muncullah seseorang yang berani melawan sang penjahat lalu mengalahkannya. Orang itu lalu menjadi pahlawan dan dikenal namanya ke seantero Bintan. Hang Tuah namanya.
Hang Tuah, nama pahlawan itu, merupakan nama yang cukup populer di dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia. Ia seorang laksamana legendaris Melayu yang namanya diabadikan untuk nama-nama jalan di Indonesia dan Malaysia, nama sebuah kapal perang kedua negara, nama sebuah perguruan tinggi di Surabaya, dan nama sebuah stasiun kereta api di Kuala Lumpur. Pengabadian nama Hang Tuah tentu saja tidaklah sembarangan karena merujuk kepada tingkah-lakunya sebagai seorang pahlawan Melayu yang dianggap mencitrakan adat-istiadat orang Melayu di manapun, baik di Indonesia dan Malaysia.
Hang Tuah adalah anak seorang nelayan kecil di sebuah negeri bernama Bintan bernama Hang Mahmud. Ibunya bernama Dang Merdu Wati. Sejak kecil ia dikenal sebagai pemberani. Hang Tuah mempunyai 4 sahabat yang selalu menyertainya kemanapun ia pergi. Mereka adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka berlima selalu bahu-membahu melawan kejahatan sehingga menjadi lima sahabat yang solid. Mereka berlima kemudian berguru kepada seorang guru bernama Adi Putera di sebuah gunung untuk meningkatkan ilmu bela dirinya yang diutamakan untuk menolong orang lain. Kisah kepahlawanan Hang Tuah mengalahkan seorang penjahat merupakan rangkaian kisah kepahlawanannya yang tentu saja bersama teman-temannya melawan bajak laut dan menyelamatkan seorang Bendahara Bintan dari penjahat. Dari Bendahara inilah Hang Tuah dan keempat sahabatnya diangkat sebagai punggawa Kesultanan Bintan.
Kesultanan Bintan kemudian memindahkan pusat pemerintahan di Malaka. Dan di sinilah nama Hang Tuah termahsyur. Setermahsyur Malaka sebagai sebuah kekuatan maritim di Selat Malaka dan mempunyai kekuasaan di Semenanjung Melayu dan Sumatera. Buku Sejarah Melayu dan Hikajat Hang Toeah menjadi bukti keberadaan Hang Tuah sebagai seorang laksamana kepercayaan Sultan Malaka, Mansur Syah, yang terkenal sebagai sultan yang mampu membesarkan Malaka dengan ekspansi-ekspansinya. Hang Tuah menjadi begitu terkenal usai ia bisa mengalahkan pendekar Taming Sari dari Majapahit dengan cara membunuh Taming Sari melalui kerisnya sendiri. Keris itu kemudian menjadi milik Hang Tuah dan dinamakan Taming Sari. Pertarungan antara Hang Tuah dan Taming Sari terjadi ketika Hang Tuah diutus oleh sultan untuk meminang seorang putri Majapahit yang akan menjadi istri sultan. Dalam usaha peminangan itu, Hang Tuah sempat ditantang Gajah Mada mengenai kehebatannya melalui Taming Sari. Gajah Mada dalam Hikajat Hang Toeah digambarkan sebagai sosok licik dan ambisius yang berulang kali ingin menguasai Malaka.
Hang Tuah yang menjadi abdi setia Sultan Malaka juga menjalankan perintah sang sultan menjemput putri Pahang, Tun Teja, untuk dipinang menjadi istri sang sultan. Padahal, Tun Teja sudah bertunangan dengan seorang pangeran dari Terengganu. Ia juga menjadi utusan sang sultan dalam meminang putri Gunung Ledang yang terkenal cantik namun mempunyai 7 syarat yang harus dipenuhi sang sultan, di antara membawa darah dari putra muda sang sultan. Tentu saja sultan tidak bisa memenuhi keinginan yang satu itu. Meskipun menjadi abdi setia bagi sang sultan, tetap saja Hang Tuah tidak lepas dari fitnah yang dilancarkan pihak-pihak yang tidak menyukainya. Ia dituduh berzina dengan salah satu istri sultan dan dijatuhi hukuman mati. Keputusan ini membuat marah sahabat dekat Hang Tuah, Hang Jebat yang mengamuk di wilayah kesultanan dengan keris Taming Sari milik Hang Tuah. Melihat keadaan itu, sang sultan mengakui kesalahannya memberikan hukuman mati bagi sang laksamana lalu memberikan pengampunan jika Hang Tuah mau membunuh Hang Jebat, sahabatnya sendiri. Terjadilah pertarungan antara kedua sahabat itu dan berlangsung sengit. Hang Tuah berhasil membunuh Hang Jebat. Namanya pulih seketika itu.
Pertarungan antara Hang Tuah dan Hang Jebat menjadi titik paling kontroversial dalam kisah Hang Tuah sebagai pahlawan. Timbul pertanyaan mengapa mau Hang Tuah membunuh sahabatnya sendiri yang notabene membela reputasi Hang Tuah dari tindak laku sultan yang tidak adil, apalagi jika alasannya membela martabat sultan? Hal inilah yang coba dikritik oleh para sejarawan, baik dari Indonesia dan Malaysia. Selain para sejarawan, anak-anak muda di Malaysia juga mempertanyakan hal itu secara kritis. Selain itu, banyak yang menyangsikan Hang Tuah sebagai sebuah tokoh atau hanya legenda fiktif jika melihat pada tutur cerita pada Sejarah Melayu dan Hikajat Hang Toeah. Ada kesan melebih-lebihkan sosok ini yang nampaknya begitu bertuah di Malaysia daripada di Indonesia. Anton W.P. dalam bukunya, 10 Manusia Misterius di Indonesia, menyebut gejala itu, jika merujuk pada pernyataan Sir Richard Windstedt, seperti halnya pada kitab-kitab kuno di Jawa abad ke-11 yang cenderung mengubah sejarah menjadi mitos dan mitos menjadi sejarah.
Hal kontroversial lain adalah Hang Tuah yang bertemu Gajah Mada. Jika melihat pada narasi Sejarah Melayu. Di dalamnya disebutkan Hang Tuah lahir di Sungai Duyong pada 1444. Tentu saja hal itu mustahil jika melihat pada tahun kelahiran Gajah Mada, 1295 dan meninggal pada 1364. Selain itu ada yang menyebut Hang Tuah adalah orang Cina yang dimelayukan oleh Sultan Malaka, dan yang paling kontroversial lagi Hang Tuah adalah perempuan. Kesimpang-siuran juga terjadi dalam dua buku utama yang memberikan narasi tentang Hang Tuah mengenai pemberontakan yang dilakukan sahabat Hang Tuah, Hang Jebat. Sejarah Melayu menyebut Hang Kesturi yang memberontak, bukan Hang Jebat. Bukan Hang Tuah yang menculik Tun Teja, melainkan Hang Nadim. Lebih anehnya lagi, usia Hang Tuah terhitung panjang dimulai dari masa Majapahit hingga kedatangan Portugis yang menyebabkan runtuhnya Malaka. Ada yang menyebut Hang Tuah ditulis untuk menjadi obat "kemenangan" Kesultanan Malaka yang dikuasai dan dihancurkan Portugis pada 1511. Dengan kata lain, ada kerinduan akan kejayaan Malaka di masa lalu sehingga menyebabkan kesimpang-siuran dalam penulisan sejarah.
Kekontroversialan Hang Tuah nampaknya lebih mengena di Malaysia. Sebab di negeri jiran inilah Hang Tuah dijadikan komoditas politik oleh kekuatan politis yang berkuasa UMNO untuk menegaskan nasionalisme melayu, Ketuanan Melayu. Ideologi ini menegaskan bahwa Melayu di atas segala-galanya di Malaysia. Tidak boleh kalah dengan India dan Cina yang merupakan ras minoritas. Kondisi ini juga berdasarkan pepatah Hang Tuah yang terkenal, "takkan Melayu hilang di dunia". Jadi, ketika ada sebagian akademisi atau generasi muda Malaysia, terutama yang diidentikkan dengan Melayu mengkritik habis-habisan Hang Tuah, hal itu akan dianggap sebagai ancaman oleh UMNO yang mengatakan bahwa sikap itu akan mengikis identitas dan nasionalisme Melayu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Hang Tuah adalah ikon terpenting Melayu. Sebuah ikon yang juga selalu muncul dalam industri budaya populer di Malaysia seperti film dan animasi, sekalipun kontroversial.
------------------------
Alkisah, mengamuklah seorang penjahat di sebuah pasar. Amukannya membuat semua yang berada di pasar melarikan diri demi menyelamatkan diri dari amukan si penjahat. Amukan itu juga membuat terluka dan tewas orang-orang di pasar. Kejadian ini membuat negeri tempat pasar itu berada, Bintan, dalam kegemparan. Di tengah kegemparan itu muncullah seseorang yang berani melawan sang penjahat lalu mengalahkannya. Orang itu lalu menjadi pahlawan dan dikenal namanya ke seantero Bintan. Hang Tuah namanya.
http://tengkuputeh.files.wordpress.com |
Hang Tuah, nama pahlawan itu, merupakan nama yang cukup populer di dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia. Ia seorang laksamana legendaris Melayu yang namanya diabadikan untuk nama-nama jalan di Indonesia dan Malaysia, nama sebuah kapal perang kedua negara, nama sebuah perguruan tinggi di Surabaya, dan nama sebuah stasiun kereta api di Kuala Lumpur. Pengabadian nama Hang Tuah tentu saja tidaklah sembarangan karena merujuk kepada tingkah-lakunya sebagai seorang pahlawan Melayu yang dianggap mencitrakan adat-istiadat orang Melayu di manapun, baik di Indonesia dan Malaysia.
Hang Tuah adalah anak seorang nelayan kecil di sebuah negeri bernama Bintan bernama Hang Mahmud. Ibunya bernama Dang Merdu Wati. Sejak kecil ia dikenal sebagai pemberani. Hang Tuah mempunyai 4 sahabat yang selalu menyertainya kemanapun ia pergi. Mereka adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka berlima selalu bahu-membahu melawan kejahatan sehingga menjadi lima sahabat yang solid. Mereka berlima kemudian berguru kepada seorang guru bernama Adi Putera di sebuah gunung untuk meningkatkan ilmu bela dirinya yang diutamakan untuk menolong orang lain. Kisah kepahlawanan Hang Tuah mengalahkan seorang penjahat merupakan rangkaian kisah kepahlawanannya yang tentu saja bersama teman-temannya melawan bajak laut dan menyelamatkan seorang Bendahara Bintan dari penjahat. Dari Bendahara inilah Hang Tuah dan keempat sahabatnya diangkat sebagai punggawa Kesultanan Bintan.
thesnowwybear.blogspot.com |
Kesultanan Bintan kemudian memindahkan pusat pemerintahan di Malaka. Dan di sinilah nama Hang Tuah termahsyur. Setermahsyur Malaka sebagai sebuah kekuatan maritim di Selat Malaka dan mempunyai kekuasaan di Semenanjung Melayu dan Sumatera. Buku Sejarah Melayu dan Hikajat Hang Toeah menjadi bukti keberadaan Hang Tuah sebagai seorang laksamana kepercayaan Sultan Malaka, Mansur Syah, yang terkenal sebagai sultan yang mampu membesarkan Malaka dengan ekspansi-ekspansinya. Hang Tuah menjadi begitu terkenal usai ia bisa mengalahkan pendekar Taming Sari dari Majapahit dengan cara membunuh Taming Sari melalui kerisnya sendiri. Keris itu kemudian menjadi milik Hang Tuah dan dinamakan Taming Sari. Pertarungan antara Hang Tuah dan Taming Sari terjadi ketika Hang Tuah diutus oleh sultan untuk meminang seorang putri Majapahit yang akan menjadi istri sultan. Dalam usaha peminangan itu, Hang Tuah sempat ditantang Gajah Mada mengenai kehebatannya melalui Taming Sari. Gajah Mada dalam Hikajat Hang Toeah digambarkan sebagai sosok licik dan ambisius yang berulang kali ingin menguasai Malaka.
Hang Tuah yang menjadi abdi setia Sultan Malaka juga menjalankan perintah sang sultan menjemput putri Pahang, Tun Teja, untuk dipinang menjadi istri sang sultan. Padahal, Tun Teja sudah bertunangan dengan seorang pangeran dari Terengganu. Ia juga menjadi utusan sang sultan dalam meminang putri Gunung Ledang yang terkenal cantik namun mempunyai 7 syarat yang harus dipenuhi sang sultan, di antara membawa darah dari putra muda sang sultan. Tentu saja sultan tidak bisa memenuhi keinginan yang satu itu. Meskipun menjadi abdi setia bagi sang sultan, tetap saja Hang Tuah tidak lepas dari fitnah yang dilancarkan pihak-pihak yang tidak menyukainya. Ia dituduh berzina dengan salah satu istri sultan dan dijatuhi hukuman mati. Keputusan ini membuat marah sahabat dekat Hang Tuah, Hang Jebat yang mengamuk di wilayah kesultanan dengan keris Taming Sari milik Hang Tuah. Melihat keadaan itu, sang sultan mengakui kesalahannya memberikan hukuman mati bagi sang laksamana lalu memberikan pengampunan jika Hang Tuah mau membunuh Hang Jebat, sahabatnya sendiri. Terjadilah pertarungan antara kedua sahabat itu dan berlangsung sengit. Hang Tuah berhasil membunuh Hang Jebat. Namanya pulih seketika itu.
raja9-wali9.blogspot.com |
Pertarungan antara Hang Tuah dan Hang Jebat menjadi titik paling kontroversial dalam kisah Hang Tuah sebagai pahlawan. Timbul pertanyaan mengapa mau Hang Tuah membunuh sahabatnya sendiri yang notabene membela reputasi Hang Tuah dari tindak laku sultan yang tidak adil, apalagi jika alasannya membela martabat sultan? Hal inilah yang coba dikritik oleh para sejarawan, baik dari Indonesia dan Malaysia. Selain para sejarawan, anak-anak muda di Malaysia juga mempertanyakan hal itu secara kritis. Selain itu, banyak yang menyangsikan Hang Tuah sebagai sebuah tokoh atau hanya legenda fiktif jika melihat pada tutur cerita pada Sejarah Melayu dan Hikajat Hang Toeah. Ada kesan melebih-lebihkan sosok ini yang nampaknya begitu bertuah di Malaysia daripada di Indonesia. Anton W.P. dalam bukunya, 10 Manusia Misterius di Indonesia, menyebut gejala itu, jika merujuk pada pernyataan Sir Richard Windstedt, seperti halnya pada kitab-kitab kuno di Jawa abad ke-11 yang cenderung mengubah sejarah menjadi mitos dan mitos menjadi sejarah.
Hal kontroversial lain adalah Hang Tuah yang bertemu Gajah Mada. Jika melihat pada narasi Sejarah Melayu. Di dalamnya disebutkan Hang Tuah lahir di Sungai Duyong pada 1444. Tentu saja hal itu mustahil jika melihat pada tahun kelahiran Gajah Mada, 1295 dan meninggal pada 1364. Selain itu ada yang menyebut Hang Tuah adalah orang Cina yang dimelayukan oleh Sultan Malaka, dan yang paling kontroversial lagi Hang Tuah adalah perempuan. Kesimpang-siuran juga terjadi dalam dua buku utama yang memberikan narasi tentang Hang Tuah mengenai pemberontakan yang dilakukan sahabat Hang Tuah, Hang Jebat. Sejarah Melayu menyebut Hang Kesturi yang memberontak, bukan Hang Jebat. Bukan Hang Tuah yang menculik Tun Teja, melainkan Hang Nadim. Lebih anehnya lagi, usia Hang Tuah terhitung panjang dimulai dari masa Majapahit hingga kedatangan Portugis yang menyebabkan runtuhnya Malaka. Ada yang menyebut Hang Tuah ditulis untuk menjadi obat "kemenangan" Kesultanan Malaka yang dikuasai dan dihancurkan Portugis pada 1511. Dengan kata lain, ada kerinduan akan kejayaan Malaka di masa lalu sehingga menyebabkan kesimpang-siuran dalam penulisan sejarah.
Kekontroversialan Hang Tuah nampaknya lebih mengena di Malaysia. Sebab di negeri jiran inilah Hang Tuah dijadikan komoditas politik oleh kekuatan politis yang berkuasa UMNO untuk menegaskan nasionalisme melayu, Ketuanan Melayu. Ideologi ini menegaskan bahwa Melayu di atas segala-galanya di Malaysia. Tidak boleh kalah dengan India dan Cina yang merupakan ras minoritas. Kondisi ini juga berdasarkan pepatah Hang Tuah yang terkenal, "takkan Melayu hilang di dunia". Jadi, ketika ada sebagian akademisi atau generasi muda Malaysia, terutama yang diidentikkan dengan Melayu mengkritik habis-habisan Hang Tuah, hal itu akan dianggap sebagai ancaman oleh UMNO yang mengatakan bahwa sikap itu akan mengikis identitas dan nasionalisme Melayu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Hang Tuah adalah ikon terpenting Melayu. Sebuah ikon yang juga selalu muncul dalam industri budaya populer di Malaysia seperti film dan animasi, sekalipun kontroversial.
0 Response to "Hang Tuah: Kontroversialnya seorang Pahlawan Melayu"
Post a Comment