Ketika Sang Raja Turun ke Jalan
Seorang raja turun ke jalan mengatur lalu lintas? Sepertinya itu bisa jadi isapan jempol dan pemandangan langka sebab pada masa modern ini sudah jarang seorang raja atau ratu turun, bukan hanya mengatur lalu lintas, tetapi juga berbaur dengan rakyatnya. Mungkin kita masih ingat Ratu Elizabeth II sebelum menjadi ratu Inggris bersama-sama dengan anggota Kerajaan Inggris yang lain keluar dari istana dan berbaur bersama rakyatnya ketika terjadi Perang Dunia ke-2. Cerita itu mengisyaratkan bahwa para punggawa Kerajaan Inggris ingin menjadi persona-persona yang dekat dengan rakyatnya dengan ikut merasakan penderitaan langsung. Tidak peduli pada status dan strata sosial.
Kisah seorang raja yang turun demi mengatur lalu lintas juga menjadi sebuah cerita dari negeri dongeng. Akan tetapi nyatanya ini bukan negeri dongeng apabila yang melakukannya Sultan Hassanal Bolkiah, yang mahsyur sebagai Sultan Brunei Darussalam, sebuan negeri kesultanan kecil di utara Kalimantan. Adalah Brunei Times yang memberitakan kejadian tersebut. Bermula dari sebuah kecelakaan yang dialami salah satu pengawal pribadinya yang secara tiba-tiba ditabrak oleh sebuah kendaraan yang melaju cepat, sang sultan diberitakan berinisiatif turun dari kendaraannya dan mencoba mengatur lalu lintas yang sedikit terganggu akibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya Lebuh Raya Muara-Tutong dekat Taman Jerudong. Kecelakaan itu sendiri terjadi pada Minggu, 1 Desember 2013 pukul 05.40 petang. Gambar sultan yang sedang mengatur lalu lintas kemudian disebarkan ke media-media lain terutama Utusan Malaysia dan langsung menuai banyak pujian meski ada keraguan akan gambar tersebut dan belum ada tanggapan resmi dari pihak Kesultanan Brunei. Tetapi perilaku ini setidaknya sudah menunjukkan bahwa sang sultan merupakan pribadi yang bertanggung jawab, melepaskan sementara statusnya sebagai penguasa Brunei Darussalam, negeri kecil yang begitu makmur karena limpahan minyak yang ditemukan pada 1960-an.
Sultan Hassanal Bolkiah yang mempunyai nama lengkap Jenderal Haji Sir Hassanal Bolkiah Mu'izzadin Madaullah bukanlah nama yang asing di Indonesia. Selain kedudukannya sebagai sultan ke-29 Brunei Darussalam, ia juga tercatat sebagai salah satu orang terkaya se-Asia Tenggara berkat harta kekayaannya sebagai sultan. Lahir pada 15 Juli 1946 di Brunei Town yang sekarang bernama Bandar Seri Begawan, ibu kota negara tersebut dari pasangan Sultan Omar Ali Saifuddien III dan Pengiran Anak Damit, Hassanal Bolkiah naik tahta pada 1 Agustus 1968, setahun setelah kematian ayahnya. Pendidikannya ia dapatkan dari Victorian Institution di Kuala Lumpur, Malaysia dan Akademi Militer Kerajaan Inggris di Sandhurst, Inggris. Selama menjabat dari 1968 hingga sekarang, Hassanal Bolkiah dianggap berhasil memakmurkan rakyatnya melalui limpahan minyak di lepas pantai Brunei. Minyak itu digunakan untuk kepentingan rakyat banyak termasuk pendidikan dan kesehatan sehingga sang sultan benar-benar bisa mensejahterahkan rakyatnya. Pendapatan per kapita Brunei saat ini mencapai angka 50.440 dan menjadi salah satu negara termakmur di dunia. Seperti halnya Singapura, Brunei juga menjadi oase di Asia Tenggara selepas kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1984.
Namun, kesejahteraan dalam ekonomi tak sebanding dengan kehidupan politik negara tersebut. Brunei bisa dibilang agak tertutup dalam soal politik. Tidak ada kebebasan pers dan sedikit partai politik. Pers harus pro-pemerintah. Sultan sendiri selain sebagai kepala negara juga merangkap perdana menteri, portofolio menteri keuangan dan pertahanan. Ia sendiri membubarkan parlemen pada 2006 demi melanggangkan kekuasaanya yang berideologikan Melayu Islam Beraja atau MIB. Kekayaannya yang berupa Istana Nurul Iman yang dikabarkan mempunyai 1.800 kamar sehingga membutuhkan waktu 24 jam bagi tiap pembantunya membersihkan dan 700 mobil dengan merek-merek terkenal juga tidak sebanding dengan kehidupan perkawinannya yang sampai harus tiga kali menikah.
Apapun itu, kekayaan setidaknya tidak membuat sang sultan buta akan situasi jika melihat inisiatifnya mengatur lalu lintas. Sepatutnya tindakan ini agar segera dicontoh pemimpin di manapun, termasuk di Indonesia.
Dari Berbagai Sumber
Utusan Malaysia |
Kisah seorang raja yang turun demi mengatur lalu lintas juga menjadi sebuah cerita dari negeri dongeng. Akan tetapi nyatanya ini bukan negeri dongeng apabila yang melakukannya Sultan Hassanal Bolkiah, yang mahsyur sebagai Sultan Brunei Darussalam, sebuan negeri kesultanan kecil di utara Kalimantan. Adalah Brunei Times yang memberitakan kejadian tersebut. Bermula dari sebuah kecelakaan yang dialami salah satu pengawal pribadinya yang secara tiba-tiba ditabrak oleh sebuah kendaraan yang melaju cepat, sang sultan diberitakan berinisiatif turun dari kendaraannya dan mencoba mengatur lalu lintas yang sedikit terganggu akibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya Lebuh Raya Muara-Tutong dekat Taman Jerudong. Kecelakaan itu sendiri terjadi pada Minggu, 1 Desember 2013 pukul 05.40 petang. Gambar sultan yang sedang mengatur lalu lintas kemudian disebarkan ke media-media lain terutama Utusan Malaysia dan langsung menuai banyak pujian meski ada keraguan akan gambar tersebut dan belum ada tanggapan resmi dari pihak Kesultanan Brunei. Tetapi perilaku ini setidaknya sudah menunjukkan bahwa sang sultan merupakan pribadi yang bertanggung jawab, melepaskan sementara statusnya sebagai penguasa Brunei Darussalam, negeri kecil yang begitu makmur karena limpahan minyak yang ditemukan pada 1960-an.
Sultan Hassanal Bolkiah yang mempunyai nama lengkap Jenderal Haji Sir Hassanal Bolkiah Mu'izzadin Madaullah bukanlah nama yang asing di Indonesia. Selain kedudukannya sebagai sultan ke-29 Brunei Darussalam, ia juga tercatat sebagai salah satu orang terkaya se-Asia Tenggara berkat harta kekayaannya sebagai sultan. Lahir pada 15 Juli 1946 di Brunei Town yang sekarang bernama Bandar Seri Begawan, ibu kota negara tersebut dari pasangan Sultan Omar Ali Saifuddien III dan Pengiran Anak Damit, Hassanal Bolkiah naik tahta pada 1 Agustus 1968, setahun setelah kematian ayahnya. Pendidikannya ia dapatkan dari Victorian Institution di Kuala Lumpur, Malaysia dan Akademi Militer Kerajaan Inggris di Sandhurst, Inggris. Selama menjabat dari 1968 hingga sekarang, Hassanal Bolkiah dianggap berhasil memakmurkan rakyatnya melalui limpahan minyak di lepas pantai Brunei. Minyak itu digunakan untuk kepentingan rakyat banyak termasuk pendidikan dan kesehatan sehingga sang sultan benar-benar bisa mensejahterahkan rakyatnya. Pendapatan per kapita Brunei saat ini mencapai angka 50.440 dan menjadi salah satu negara termakmur di dunia. Seperti halnya Singapura, Brunei juga menjadi oase di Asia Tenggara selepas kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1984.
Namun, kesejahteraan dalam ekonomi tak sebanding dengan kehidupan politik negara tersebut. Brunei bisa dibilang agak tertutup dalam soal politik. Tidak ada kebebasan pers dan sedikit partai politik. Pers harus pro-pemerintah. Sultan sendiri selain sebagai kepala negara juga merangkap perdana menteri, portofolio menteri keuangan dan pertahanan. Ia sendiri membubarkan parlemen pada 2006 demi melanggangkan kekuasaanya yang berideologikan Melayu Islam Beraja atau MIB. Kekayaannya yang berupa Istana Nurul Iman yang dikabarkan mempunyai 1.800 kamar sehingga membutuhkan waktu 24 jam bagi tiap pembantunya membersihkan dan 700 mobil dengan merek-merek terkenal juga tidak sebanding dengan kehidupan perkawinannya yang sampai harus tiga kali menikah.
Apapun itu, kekayaan setidaknya tidak membuat sang sultan buta akan situasi jika melihat inisiatifnya mengatur lalu lintas. Sepatutnya tindakan ini agar segera dicontoh pemimpin di manapun, termasuk di Indonesia.
Dari Berbagai Sumber
0 Response to "Ketika Sang Raja Turun ke Jalan"
Post a Comment