Oase itu pun Terkoyak
Dua hari lalu, 8 Desember 2013, mungkin akan menjadi hari yang paling buruk dalam sejarah Singapura. Tidak ada angin dan tidak ada hujan sekalipun, salah satu negeri kecil dan makmur di Asia Tenggara itu dilanda kerusuhan hebat. Kerusuhan hebat yang terjadi di Little India sejatinya seperti datang tiba-tiba di saat orang-orang Singapura tidak akan pernah berpikir sama sekali mengenai kerusuhan, sesuatu yang jarang terjadi di negeri yang oleh Rickfels disebut sebagai oase di Asia Tenggara karena perekonomiannya. Tentu saja kerusuhan ini menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat Singapura yang selalu hidup dalam keadaan damai dan tenteram. Apalagi Singapura merupakan pusat kajian sejarah dan pendidikan termaju di Asia Tenggara.
Ini berawal dari minggu malam sekitar pukul 09.23 malam waktu setempat ketika terjadi sebuah insiden tertabraknya seorang pekerja imigran yang ditengarai berasal dari Asia Selatan oleh sebuah bus di persimpangan jalan antara Curse Road dan Hampshire Road. Serentak tertabraknya orang yang berusia 33 tahun itu memantik 400 orang yang berada di Little India untuk melakukan pengrusakan terhadap bis yang menabrak itu. Tak hanya bis, beberapa kendaraan lainnya pun terkena dampak hingga menciptakan suasana yang ramai dan tegang. Sejumlah 400 polisi pun dikerahkan beserta ambulans. Sayang kendaraan-kendaraan polisi dan ambulans terkena sasaran hingga rusak parah. Dua puluh dua polisi pun dikabarkan terluka. Keadaan ini pun membuat Pemerintah Singapura meminta Special Operation Command dan Gurkha untuk membantu polisi menenangkan keadaan.
Dari kerusuhan itu polisi Singapura berhasil menangkap 27 orang yang dijadikan tersangka. Kebanyakan dari mereka berasal dari negara-negara Asia Selatan seperti India dan Bangladesh. Pihak Kepolisian Singapura berjanji akan menangkap para perusuh lainnya di kemudian hari. Begitu yang diungkap oleh pihak kepolisian seperti dilansir oleh Reuters. Ng Joo Hee mengatakan dalam kerusuhan tersebut tidak warga Singapura yang terlibat. Supir yang menabrak segera diamankan untuk dimintai keterangan. Ng Joo Hee juga mengatakan bahwa kerusuhan bukanlah cara Singapura menyelesaikan suatu masalah. Hal ini juga diakui beberapa warga Singapura yang sepertinya benar-benar terkejut dengan kerusuhan yang akhirnya harus terjadi di negeri mereka dalam 40 tahun terakhir sejak 1964. Ketika itu Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia dan kerusuhan itu dikarenakan konflik antara Cina dan Melayu. Kondisi yang demikian menyebabkan Singapura ingin melepaskan diri dari Malaysia. Supaya tidak terjadi kerusuhan Pemerintah Singapura membatasi kebebasan publik dalam berpolitik.
Kerusuhan yang jarang terjadi di Singapura itu menurut dugaan sementara akibat dari kecemburuan sosial para pekerja migran yang digaji rendah. Singapura memang negara maju, namun karena kurangnya sumber daya, pemerintahnya membuka keran pekerja imigran untuk ikut membangun ekonomi Singapura. Akibat kebijakan itu hampir setiap tahun Singapura dipenuhi ratusan pekerja imigran, terutama yang berasal dari tanah leluhur para penduduk Singapura seperti India dan Cina. Keadaan ini membuat Singapura harus berhadapan dengan kemacetan dan kepadatan infrastruktur dan membuat Pemerintah Singapura meminta perusahaan-perusahaan untuk mencari sedikit pekerja imigran melalui pengurangan pekerja dan mencari lokasi produksi yang murah. Sebelum kerusuhan ini terjadi, tahun lalu Singapura sempat hampir mengalami hal yang sama ketika 170 sopir bus dari Cina melakukan mogok akibat bekerja tanpa istirahat dan dibayar dengan gaji yang rendah.
Menanggapi kerusuhan yang menjadi barang baru di negerinya, Pemerintah Singapura melalui Perdana Menteri Lee-Hsien Loong meminta penyelidikan lebih lanjut dan mengatakan tidak akan memberikan pengampunan terhadap para perusuh. "Tidak ada kata maaf untuk tindakan kekerasan dan kriminal semacam ini," ungkapnya seperti dilansir oleh Bloomberg. Pemerintah Singapura pun membentuk komite penyelidikan untuk menginvestigasi penyebab kerusuhan dan relasinya dengan para pekerja imigran.
Kerusuhan ini setidaknya mencoreng muka Singapura yang dikenal sebagai tempat yang aman untuk berbisnis, berbelanja, dan melarikan diri. Hal terakhir disebut biasanya dilakukan para koruptor di Indonesia. Singapura sepertinya harus mempertimbangkan kembali kebijakan imigrasi terbukanya, melakukan pengetatan terhadap para imigran, dan melakukan persamaan gaji jika tidak ingin kerusuhan kembali datang.
Sumber: Reuters, Bloomberg, dan Channel News Asia
reuters.com |
Ini berawal dari minggu malam sekitar pukul 09.23 malam waktu setempat ketika terjadi sebuah insiden tertabraknya seorang pekerja imigran yang ditengarai berasal dari Asia Selatan oleh sebuah bus di persimpangan jalan antara Curse Road dan Hampshire Road. Serentak tertabraknya orang yang berusia 33 tahun itu memantik 400 orang yang berada di Little India untuk melakukan pengrusakan terhadap bis yang menabrak itu. Tak hanya bis, beberapa kendaraan lainnya pun terkena dampak hingga menciptakan suasana yang ramai dan tegang. Sejumlah 400 polisi pun dikerahkan beserta ambulans. Sayang kendaraan-kendaraan polisi dan ambulans terkena sasaran hingga rusak parah. Dua puluh dua polisi pun dikabarkan terluka. Keadaan ini pun membuat Pemerintah Singapura meminta Special Operation Command dan Gurkha untuk membantu polisi menenangkan keadaan.
Dari kerusuhan itu polisi Singapura berhasil menangkap 27 orang yang dijadikan tersangka. Kebanyakan dari mereka berasal dari negara-negara Asia Selatan seperti India dan Bangladesh. Pihak Kepolisian Singapura berjanji akan menangkap para perusuh lainnya di kemudian hari. Begitu yang diungkap oleh pihak kepolisian seperti dilansir oleh Reuters. Ng Joo Hee mengatakan dalam kerusuhan tersebut tidak warga Singapura yang terlibat. Supir yang menabrak segera diamankan untuk dimintai keterangan. Ng Joo Hee juga mengatakan bahwa kerusuhan bukanlah cara Singapura menyelesaikan suatu masalah. Hal ini juga diakui beberapa warga Singapura yang sepertinya benar-benar terkejut dengan kerusuhan yang akhirnya harus terjadi di negeri mereka dalam 40 tahun terakhir sejak 1964. Ketika itu Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia dan kerusuhan itu dikarenakan konflik antara Cina dan Melayu. Kondisi yang demikian menyebabkan Singapura ingin melepaskan diri dari Malaysia. Supaya tidak terjadi kerusuhan Pemerintah Singapura membatasi kebebasan publik dalam berpolitik.
bloomberg.com |
Menanggapi kerusuhan yang menjadi barang baru di negerinya, Pemerintah Singapura melalui Perdana Menteri Lee-Hsien Loong meminta penyelidikan lebih lanjut dan mengatakan tidak akan memberikan pengampunan terhadap para perusuh. "Tidak ada kata maaf untuk tindakan kekerasan dan kriminal semacam ini," ungkapnya seperti dilansir oleh Bloomberg. Pemerintah Singapura pun membentuk komite penyelidikan untuk menginvestigasi penyebab kerusuhan dan relasinya dengan para pekerja imigran.
channelnewsasia.com |
Kerusuhan ini setidaknya mencoreng muka Singapura yang dikenal sebagai tempat yang aman untuk berbisnis, berbelanja, dan melarikan diri. Hal terakhir disebut biasanya dilakukan para koruptor di Indonesia. Singapura sepertinya harus mempertimbangkan kembali kebijakan imigrasi terbukanya, melakukan pengetatan terhadap para imigran, dan melakukan persamaan gaji jika tidak ingin kerusuhan kembali datang.
Sumber: Reuters, Bloomberg, dan Channel News Asia
0 Response to "Oase itu pun Terkoyak"
Post a Comment