-->

Vientiane, Champasak, dan Luang Phabang: Kisah Tiga Provinsi di Laos yang Pernah Dikuasai Thailand

Ketiganya merupakan provinsi-provinsi di Laos. Sama-sama terletak di timur negara itu yang berbatasan langsung dengan Thailand, baik melalui Sungai Mekong atau perbukitan. Ketiganya juga sama-sama merupakan provinsi terpadat di Laos. Vientiane, selain provinsi, juga merupakan prefektur, dan tentu saja ibu  kota Laos. Posisi Vientiane yang terbagi dalam provinsi dan prefektur yang di dalamnya ibu kota menjadikannya wilayah administratif paling padat untuk negara terkunci daratan di Asia Tenggara itu.


Sedangkan Champasak dan Luang Phabang merupakan provinsi terpadat nomor dua dan tiga di Laos. Ketiga-tiganya juga merupakan pusat peradaban masa lalu Laos sebagai sebuah bangsa. Di wilayah-wilayah inilah peninggalan-peninggalan bersejarah berupa wat (tempat ibadah berupa biara atau kuil dalam agama Buddha di Asia Tenggara) berada. Di sini jugalah terdapat tiga kerajaan dengan nama yang sama yang juga mempengaruhi sejarah kehidupan Laos. Tiga kerajaan ini merupakan pecahan dari kerajaan terbesar di Laos, Lan Xang yang runtuh pada abad ke-18. Disebut terbesar karena Lan Xang bisa mengimbangi dominasi Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Setelah lepas, ketiga kerajaan kecil ini menjadi rebutan tiga negara tersebut.

Namun, yang perlu diketahui, baik Vientiane, Champasak, dan Luang Phabang pernah menjadi vasal dan dikuasai oleh tetangga di timur dan berada di seberang Sungai Mekong, Thailand. Pada abad ke-15 hingga 19, Thailand yang masih bernama Siam merupakan salah satu kekuatan terbesar di Indocina. Dengan bendera Sukhothai dan kemudian Ayuthaya, Thailand cukup memainkan peranan penting politik di kawasan Indocina. Dimulai dengan menggusur posisi Kerajaan Khmer, bersaing dengan beberapa dinasti di Vietnam dan Kerajaan Lanna di Myanmar sampai kemudian bersaing dengan negara-negara Barat seperti Prancis dan Inggris serta melakukan kongsi dan menjadi pusat masuknya peradaban Barat di Indocina.

wikipedia.org
Kebesaran Thailand yang masih memakai nama Siam termahsyur ketika Dinasti Chakri berkuasa dengan salah satu rajanya, Chulalongkorn. Perihal mengapa Vientiane, Champasak, dan Luang Phabang pernah masuk ke dalam wilayah administratif Thailand, selain disebabkan keinginan Thailand menunjukkan kekuatannya kepada negara-negara tetangganya, kedekatan budaya dengan orang-orang Laos karena sebagaimana diketahui nenek moyang orang-orang Thailand dan Laos sama-sama berasal dari Cina Selatan, juga karena permintaan perlindungan, perang dengan Prancis yang berakibat pemberian hadiah dari Prancis terhadap suatu wilayah ke Thailand.

Lan Xang, kerajaan terbesar Laos yang didirikan oleh Fa Ngum pada abad ke-14 bersama pasukan Khmer setianya, merupakan kerajaan yang dianggap berwibawa. Ibu kotanya berada di Luang Phabang yang kemudian dipindahkan ke Vientiane pada 1560 dengan alasan konektivitas perdagangan. Masa keemasan kerajaan ini ada pada masa Soulignavongsa (1520-1547). Selepas runtuhnya Lan Xang, Thailand mulai melihat celah untuk bisa menguasai satu per satu wilayah-wilayah bekas Lan Xang. Vientiane bisa dibilang menjadi wilayah pertama Laos yang dikuasai Thailand dengan dalih mencari perlindungan kepada Thailand dari Myanmar. Hal ini yang membuat Thailand memberikan status vasal kepada Vientiane yang kemudian juga diberikan kepada Champasak pada 1778 Ini terjadi pada masa raja Taksin, raja Thailand keturunan Cina. Dalam masa ini Luang Phabang tidak dikuasai melainkan mengakui kekuasaan Thailand sebagai sekutu dekat ketika menyerang Vientiane. Perlu diketahui ketika Lan Xang runtuh, tiga kerajaan kecil di Laos saling berseteru dan berselisih.

wikipedia.org
Akibat dari tunduknya beberapa wilayah di Laos kepada Thailand menyebabkan Thailand menjadi ikut campur terhadap urusan dalam negeri kerajaan-kerajaan tersebut. Sesuatu yang membuat beberapa peninggalan berharga seperti patung-patung Buddha di Vientinane dan Luang Phabang dipindahkan ke Bangkok. Di saat Thailand begitu mendominasi, muncullah pemberontakan yang dipimpin Anou, raja Vientiane kepada Thailand. Sayang, pemberontakannya mudah dipadamkan dan ia dibiarkan mati tak berdaya dalam sebuah kurungan di Bangkok.

Pada akhir abad ke-19, salah satu kekuatan Eropa, Prancis, datang dan mulai menggerogoti wilayah-wilayah Thailand. Lewat serangkaian perang antara Thailand dan Prancis, Vientiane dan Champasak pun dikuasai Prancis dan masuk ke dalam wilayah kolonial bernama Indocina Prancis. Sementara Luang Phabang yang tidak dikuasai langsung, juga masuk ke dalam wilayah Indocina Prancis yang digabung dengan Kamboja dan Vietnam. Pada Perang Dunia ke-2, dengan dibantu Jepang, Thailand merebut dan menguasai Luang Phabang dari genggaman Prancis. Namun, selepas itu, Thailand mengembalikannya kepada Prancis.

Berbicara mengenai ketiga provinsi ini, selain sejarahnya yang sama juga beberapa provinsi memiliki keunikan tersendiri. Di Champasak, akan ditemui banyak wat yang berjumlah 20. Di antaranya Wat Phou, Wat Luang, dan Wat Tham Fai. Selain itu, provinsi ini juga mempunyai banyak air terjun dan lumba-lumba air tawar. Sesuatu yang cukup menarik untuk dijual kepada wisatawan. Lhuang Phabang, yang merupakan pusat peradaban Laos oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia. Bahkan Prancis yang pernah menguasai Laos mempercayakan wilayah ini untuk menjadi pusat Laos pasca-Perang Dunia ke-2 dengan membentuk kerajaan di bawah kendali Prancis dan rajanya ialah Sisavang Vong sampai 1975


wikipedia.org
. Sedangkan Vientiane mempunyai area konservasi alam, Danau Nam Ngum dan beberapa wat.


Sumber: Sejarah Asia Tenggara dan Wikipedia

0 Response to "Vientiane, Champasak, dan Luang Phabang: Kisah Tiga Provinsi di Laos yang Pernah Dikuasai Thailand"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel