Indocina Prancis: Negara Koloni Penyebab Perang Berkepanjangan
Negara koloni terbesar kedua di Asia Tenggara. Motif ekonomi jadi alasan kolonisasi alih-alih misi Kristiani. Keruntuhannya dilanjutkan dengan rangkaian peperangan panjang hingga dekade 1970-an.
----------------------
Sepasukan kulit putih itu terus maju ke arah sebuah benteng yang terlihat kokoh meskipun sudah retak dan bolong akibat hantaman sebuah peluru yang dilancarkan dari meriam. Pasukan kulit putih itu, yang teridentifikasi sebagai tentara Prancis dan Spanyol sambil berjalan juga menembakkan senjata ke arah benteng, yang tampaknya dipertahankan dengan kokoh oleh tentara-tentara bermuka sipit. Asap pun membumbung di mana-mana. Beberapa tentara Prancis yang berhasil menaiki benteng lantas menancapkan bendera negaranya. Itulah yang tergambar dalam sebuah lukisan penyerbuan Prancis ke Citadel Saigon pada 17 Februari 1859. Penyerbuan Prancis, yang berakhir dengan penaklukkan Saigon, menjadi awal berdirinya sebuah negara koloni bernama Indocina Prancis.
Dimulai dari Vietnam dan berakhir di Kamboja, Indocina Prancis adalah negara koloni Prancis di Asia Tenggara. Luas wilayahnya, ---meliputi Vietnam, Kamboja, dan Laos--- 737.000 kilometer persegi, menjadikannya sebagai negara koloni terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Hindia-Belanda. Prancis sejak awal mengincar wilayah Indocina, terutama Vietnam, karena kandungan sumber daya alamnya. Selain itu, Prancis ingin berlomba dengan Inggris, kompetitornya, dalam hal hegemoni kekuasaan di seberang lautan.
Vietnam, ketika itu, masih berbentuk dinasti. Dinasti yang memerintah ialah Nguyen, yang kemudian menjadi dinasti terakhir di Vietnam. Dinasti ini dibentuk pada 1802 oleh Kaisar Gia Long. Nama Vietnam pun berasal dari dinasti ini. Ketika Prancis datang, dinasti ini meminta bantuan dari Prancis untuk melindungi dari serangan Dinasti Tay Son, dinasti yang memberontak terhadap kedinastian Nguyen. Dari permintaan bantuan, yang kemudian disisipkan misi-misi kristiani, Prancis mulai melihat ketertarikan terhadap Vietnam dengan alasan ekonomi bagi kepentingan industri di dalam negerinya. Dengan alasan membalas kematian beberapa misionarisnya, Prancis pun melancarkan perang kepada Vietnam. Negeri sinosfer di Asia Tenggara itu pun menyerah. Wilayah Vietnam, yang membentang dari utara hingga selatan, dibagi menjadi 3 bagian: Annam, Cochinchina, dan Tonkin. Annam dan Tonkin menjadi protektorat meski dari luarnya saja sedangkan Cochinchina, yang dianggap subur dan menguntungkan, dijadikan koloni.
Setelah Vietnam dikuasai, Prancis lantas menjadikan tetangga Vietnam di barat, Kamboja, sebagai negara protektorat. Status ini justru diinginkan oleh Raja Kamboja sendiri, Norodom, pada 1863 yang terlihat inferior dengan kekuatan Siam (Thailand) yang begitu dominan dan maju di bawah raja Chulalongkorn. Namun dengan status protektorat ini Kamboja harus merelakan dua wilayahnya, Siem Reap dan Battambang diambil Siam. Namun pada 1906 kedua wilayah tadi dikembalikan ke Kamboja melalui Perjanjian Prancis-Thailand.
Untuk memperkuat lagi dominasinya di Indocina dan juga mencegah datangnya Inggris serta Siam, yang rupanya bersekutu, Prancis mencaplok Laos. Pencaplokan Laos didasari oleh insiden teritorial yang terjadi di Paknam, daerah di mulut Sungai Chao Phraya. Insiden ini menjadi penyulut perang Prancis dan Siam pada 1893. Hasil dari perang, yang dimenangkan Prancis, memaksa Siam melepas Laos, yang merupakan wilayah di timur Sungai Mekong. Dengan masuknya Laos, semakin lengkaplah kekuasaan Prancis di Indocina, wilayah, yang oleh para ahli, disebut sebagai tempat bercampurnya kebudayaan India dan Cina. Selain 3 negara di Asia Tenggara, Prancis juga mempunyai pangkalan militer di Guangzhouwan, Cina.
Indocina Prancis, kebanyakan beribu kota di Vietnam. Tiga kota di Vietnam telah menjadi ibu kota negara koloni itu, yaitu Saigon (Ho Chi Minh), Hanoi, dan Dalat. Hanoi tercatat dua kali menjadi ibu kota, yaitu pada 1902 dan 1945. Bahasa Prancis menjadi bahasa utama di negara koloni ini. Sayangnya, seperti di kebanyakan negara-negara koloni non-Inggris, hanya dipelajari segelintir orang, terutama kaum terpelajar dan elite pemerintahan. Hal yang demikian membuat bahasa-bahasa lokal seperti Vietnam dan Khmer tetap hidup dan menjadi bahasa nasional di kemudian hari.
Negara koloni ini, yang dalam bahasa Prancis disebut Indochine Francaise, dalam sejarahnya, lebih banyak bersinggungan dengan Siam, yang pada 1932, berubah nama menjadi Thailand. Kedua negara, yang pernah berperang pada 1893, berperang kembali pada pada 1940-1941 seturut dengan Perang Dunia ke-2 yang terjadi di Eropa. Ketika Jepang datang, otomatis wilayah Indocina menjadi milik "negeri matahari terbit" itu sampai 1945. Namun, Jepang membiarkan Prancis tetap berada di Indocina dengan menjadikannya sebagai boneka. Sedangkan Thailand, yang menyatakan dukungan kepada Jepang, meminta pengembalian wilayah yang pernah diambil Prancis.
Selama berkuasa di Indocina, dengan motif ekonominya, Prancis mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Vietnam dan Laos, seperti karet untuk kepentingan industri otomotif "negeri mode" itu. Selain itu, Prancis juga membangun beberapa infrastruktur seperti jembatan dan rel kereta api, gedung-gedung pemerintahan, serta merestorasi Angkor Wat. Meskipun semua berdasarkan kepentingan Prancis. Hal yang demikian menyebabkan munculnya gejolak ingin merdeka dari Prancis, terutama di Vietnam. Pada masa gejolak melepaskan diri ini muncullah Ho Chi Minh, yang di kemudian hari, menjadi pemimpin berpengaruh di Vietnam dan menyatukan Vietnam melalui serangkaian perang dengan Prancis dan Amerika Serikat.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, banyak negara Barat ingin merestorasi kedudukan mereka di bekas-bekas negara koloninya di Asia dan Afrika. Tak terkecuali Prancis, yang menginginkan Indocina tetap menjadi milik Prancis. Aksi itu lantas dibalas dengan serangkaian perlawanan mempertahankan kemerdekaan, terutama di Vietnam. Aksi ini menjadi penanda dimulainya Perang Indocina Pertama, yang berakhir pada 1954 dengan kekalahan Prancis di Bien Dien Phu. Kekalahan, yang juga mengakhiri kekuasaan Prancis di Indocina, karena setahun sebelumnya, Laos dan Kamboja, sudah merdeka. Kekalahan Prancis itu juga yang membuat Prancis mau mengakui Vietnam di Jenewa pada tahun yang sama, meskipun sebatas Vietnam Utara. Sedangkan selatan tetap di bawah Prancis, yang kemudian diserahkan kepada Amerika Serikat. Komunisme yang dianut Vietnam Utara dianggap menjadi penyebab. Hal inilah yang membuat Vietnam Utara merasa perlu menyatukan seluruh Vietnam dan menyulut Perang Indocina Kedua, atau, yang lebih terkenal, Perang Vietnam. Perang yang membuat Indocina hancur-lebur hingga 1975.
----------------------
Sepasukan kulit putih itu terus maju ke arah sebuah benteng yang terlihat kokoh meskipun sudah retak dan bolong akibat hantaman sebuah peluru yang dilancarkan dari meriam. Pasukan kulit putih itu, yang teridentifikasi sebagai tentara Prancis dan Spanyol sambil berjalan juga menembakkan senjata ke arah benteng, yang tampaknya dipertahankan dengan kokoh oleh tentara-tentara bermuka sipit. Asap pun membumbung di mana-mana. Beberapa tentara Prancis yang berhasil menaiki benteng lantas menancapkan bendera negaranya. Itulah yang tergambar dalam sebuah lukisan penyerbuan Prancis ke Citadel Saigon pada 17 Februari 1859. Penyerbuan Prancis, yang berakhir dengan penaklukkan Saigon, menjadi awal berdirinya sebuah negara koloni bernama Indocina Prancis.
wikipedia.org |
Dimulai dari Vietnam dan berakhir di Kamboja, Indocina Prancis adalah negara koloni Prancis di Asia Tenggara. Luas wilayahnya, ---meliputi Vietnam, Kamboja, dan Laos--- 737.000 kilometer persegi, menjadikannya sebagai negara koloni terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Hindia-Belanda. Prancis sejak awal mengincar wilayah Indocina, terutama Vietnam, karena kandungan sumber daya alamnya. Selain itu, Prancis ingin berlomba dengan Inggris, kompetitornya, dalam hal hegemoni kekuasaan di seberang lautan.
Vietnam, ketika itu, masih berbentuk dinasti. Dinasti yang memerintah ialah Nguyen, yang kemudian menjadi dinasti terakhir di Vietnam. Dinasti ini dibentuk pada 1802 oleh Kaisar Gia Long. Nama Vietnam pun berasal dari dinasti ini. Ketika Prancis datang, dinasti ini meminta bantuan dari Prancis untuk melindungi dari serangan Dinasti Tay Son, dinasti yang memberontak terhadap kedinastian Nguyen. Dari permintaan bantuan, yang kemudian disisipkan misi-misi kristiani, Prancis mulai melihat ketertarikan terhadap Vietnam dengan alasan ekonomi bagi kepentingan industri di dalam negerinya. Dengan alasan membalas kematian beberapa misionarisnya, Prancis pun melancarkan perang kepada Vietnam. Negeri sinosfer di Asia Tenggara itu pun menyerah. Wilayah Vietnam, yang membentang dari utara hingga selatan, dibagi menjadi 3 bagian: Annam, Cochinchina, dan Tonkin. Annam dan Tonkin menjadi protektorat meski dari luarnya saja sedangkan Cochinchina, yang dianggap subur dan menguntungkan, dijadikan koloni.
wikipedia.org |
Untuk memperkuat lagi dominasinya di Indocina dan juga mencegah datangnya Inggris serta Siam, yang rupanya bersekutu, Prancis mencaplok Laos. Pencaplokan Laos didasari oleh insiden teritorial yang terjadi di Paknam, daerah di mulut Sungai Chao Phraya. Insiden ini menjadi penyulut perang Prancis dan Siam pada 1893. Hasil dari perang, yang dimenangkan Prancis, memaksa Siam melepas Laos, yang merupakan wilayah di timur Sungai Mekong. Dengan masuknya Laos, semakin lengkaplah kekuasaan Prancis di Indocina, wilayah, yang oleh para ahli, disebut sebagai tempat bercampurnya kebudayaan India dan Cina. Selain 3 negara di Asia Tenggara, Prancis juga mempunyai pangkalan militer di Guangzhouwan, Cina.
Indocina Prancis, kebanyakan beribu kota di Vietnam. Tiga kota di Vietnam telah menjadi ibu kota negara koloni itu, yaitu Saigon (Ho Chi Minh), Hanoi, dan Dalat. Hanoi tercatat dua kali menjadi ibu kota, yaitu pada 1902 dan 1945. Bahasa Prancis menjadi bahasa utama di negara koloni ini. Sayangnya, seperti di kebanyakan negara-negara koloni non-Inggris, hanya dipelajari segelintir orang, terutama kaum terpelajar dan elite pemerintahan. Hal yang demikian membuat bahasa-bahasa lokal seperti Vietnam dan Khmer tetap hidup dan menjadi bahasa nasional di kemudian hari.
Negara koloni ini, yang dalam bahasa Prancis disebut Indochine Francaise, dalam sejarahnya, lebih banyak bersinggungan dengan Siam, yang pada 1932, berubah nama menjadi Thailand. Kedua negara, yang pernah berperang pada 1893, berperang kembali pada pada 1940-1941 seturut dengan Perang Dunia ke-2 yang terjadi di Eropa. Ketika Jepang datang, otomatis wilayah Indocina menjadi milik "negeri matahari terbit" itu sampai 1945. Namun, Jepang membiarkan Prancis tetap berada di Indocina dengan menjadikannya sebagai boneka. Sedangkan Thailand, yang menyatakan dukungan kepada Jepang, meminta pengembalian wilayah yang pernah diambil Prancis.
Selama berkuasa di Indocina, dengan motif ekonominya, Prancis mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Vietnam dan Laos, seperti karet untuk kepentingan industri otomotif "negeri mode" itu. Selain itu, Prancis juga membangun beberapa infrastruktur seperti jembatan dan rel kereta api, gedung-gedung pemerintahan, serta merestorasi Angkor Wat. Meskipun semua berdasarkan kepentingan Prancis. Hal yang demikian menyebabkan munculnya gejolak ingin merdeka dari Prancis, terutama di Vietnam. Pada masa gejolak melepaskan diri ini muncullah Ho Chi Minh, yang di kemudian hari, menjadi pemimpin berpengaruh di Vietnam dan menyatukan Vietnam melalui serangkaian perang dengan Prancis dan Amerika Serikat.
bbc.co.uk |
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, banyak negara Barat ingin merestorasi kedudukan mereka di bekas-bekas negara koloninya di Asia dan Afrika. Tak terkecuali Prancis, yang menginginkan Indocina tetap menjadi milik Prancis. Aksi itu lantas dibalas dengan serangkaian perlawanan mempertahankan kemerdekaan, terutama di Vietnam. Aksi ini menjadi penanda dimulainya Perang Indocina Pertama, yang berakhir pada 1954 dengan kekalahan Prancis di Bien Dien Phu. Kekalahan, yang juga mengakhiri kekuasaan Prancis di Indocina, karena setahun sebelumnya, Laos dan Kamboja, sudah merdeka. Kekalahan Prancis itu juga yang membuat Prancis mau mengakui Vietnam di Jenewa pada tahun yang sama, meskipun sebatas Vietnam Utara. Sedangkan selatan tetap di bawah Prancis, yang kemudian diserahkan kepada Amerika Serikat. Komunisme yang dianut Vietnam Utara dianggap menjadi penyebab. Hal inilah yang membuat Vietnam Utara merasa perlu menyatukan seluruh Vietnam dan menyulut Perang Indocina Kedua, atau, yang lebih terkenal, Perang Vietnam. Perang yang membuat Indocina hancur-lebur hingga 1975.
0 Response to "Indocina Prancis: Negara Koloni Penyebab Perang Berkepanjangan"
Post a Comment