Campa: Yang Hilang dari Peta Dunia
Kisah sebuah negeri
yang akrab di telinga orang-orang Nusantara. Tiga kali ganti
kepercayaan. Hilang selama-lamanya akibat invasi Vietnam
--------------------------------------------------------------------------------
Campa. Nama itu
begitu akrab di telinga kita. Bila mendengar nama itu akan selalu
menyambung dengan istilah Harimau Campo di ranah Minang, Bungong
Jeumpa di Aceh, makam Islam di Leran, Gresik, Jawa Timur, dan para
Wali Sanga penyebar Islam di tanah Jawa. Begitulah yang sering
didapat dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah.
belajarjadiarkeolog.blogspot.com |
Lalu apakah Campa
itu? Di dalam buku pelajaran sejarah ia disebut sebagai sebuah negeri
yang terletak di Kamboja. Namanya pun Negeri Campa. Tetapi yang
sebenarnya, jika melihat peta dan kota-kota yang menjadi wilayah
kekuasaannya seperti Indrapura, Amarawati, Kauthara, dan Panduranga,
negeri ini terletak di Vietnam Selatan, tepatnya dari Da Nang hingga
Phan Rang. Campa adalah sebuah kerajaan bernama Nagara Campa yang
berdiri sejak 192. Keberadaannya disebut dalam berita Cina sebagai
Linyi. Awalnya, Linyi merupakan bawahan Cina yang kemudian
memerdekakan diri dan mempraktekkan tradisi ala Cina seperti menganut
Buddha Mahayana.
Oleh para ahli
sejarah Asia Tenggara, Campa disebut sebagai sebuah kerajaan yang
berbentuk negara federal dengan ibu kota bersifat tidak konstan,
tergantung pada dinasti yang berkuasa. Diketahui kerajaan ini pernah
beribu kota di Indrapura kemudian pindah ke Vijaya dan terakhir ke
Panduranga. Campa adalah sebuah wilayah kerajaan berbahasa rumpun
Austronesia. Hal ini terlihat setelah diteliti bahasa Campa mempunyai
kedekatan dengan bahasa-bahasa rumpun Melayu dan Bali-Sasak. Apalagi
orang-orang Campa diketahui berasal dari Kalimantan yang bermigrasi
ke Indocina. Campa juga bukan negara agraris seperti tetangga-tetangganya, Khmer, Annam, Lanna, Lan Xang, dan Sukhothai. Negara ini menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan transit yang membuat banyak kapal dari berbagai wilayah singgah. Bukti akan hal itu terlihat pada situs Hoa An yang terletak di Provinsi Quan Nam. Situs pelabuhan ini termasuk Warisan Dunia UNESCO
Dalam sejarahnya,
ketika indianisasi menyebar di Asia Tenggara dan menyasar dataran
Indocina, Campa yang awalnya menganut Buddha Mahayana kemudian
beralih ke Hindu Syiwa. Karena itu, kuil-kuil penyembahan Syiwa
banyak dibangun seperti kuil yang berada di My Son dan juga termasuk
Warisan Dunia UNESCO. Dalam sejarahnya juga ketika mencapai puncak
kejayaan pada abad ke-8 dan 10, Campa sering berkonflik dengan
tetangga-tetangganya di Indocina seperti Khmer dan Annam. Konflik
dengan Khmer pun tercatat dalam sebuah relief di Candi Bayon. Namun
konflik itu tidak terjadi dengan negara-negara di Asia Tenggara
Maritim seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit. Bahkan dengan
Singasari dan Majapahit, Campa melakukan hubungan politik melalui
perkawinan sehingga aliansi Campa dengan negara-negara di maritim pun
selalu terjalin baik. Majapahit dalam Negarakertagama menyebut Campa
sebagai mitreka satata atau mitra aliansi yang sejajar.
wikipedia.org |
Hubungan yang
terjalin baik dengan negara-negara Asia Tenggara Maritim, baik dalam
perdagangan maupun politik membuat Campa tak sulit mencari
perlindungan selepas invasi Vietnam di bawah Kaisar Le Than Long pada
1481. Invasi itu menghancurkan ibu kota Campa, Vijaya dan membunuh
banyak orang tak berdosa seperti wanita dan anak-anak. Akibatnya,
banyak orang Campa berlari mencari perlindungan ke Asia Tenggara
Maritim, terutama ke Semenanjung Melayu, Aceh, Minangkabau, dan Jawa.
Pada masa diserang Vietnam ini Campa sudah beralih ke Islam semenjak
abad ke-11 dan menjadi negara pertama di Indocina dan Asia Tenggara
yang memeluk agama itu. Invasi itu perlahan memasukkan sebagian
wilayah Campa ke dalam Vietnam.
mozaikminang.files.wordpress.com |
Ketika Vietnam
kembali melancarkan invasi lanjutan pada 1720 dan invasi terakhir
pada 1832 di bawah Dinasti Nguyen, Campa resmi masuk wilayah Vietnam.
Campa pun hilang selama-lamanya dari peta dunia. Keadaan itu membuat
kembali migrasi Campa. Yang unik, selain ke Asia Tenggara Maritim,
banyak orang Campa bermigrasi ke Kamboja yang sebenarnya musuh
tradisional Campa. Namun, rivalitas itu masih bisa diredam karena
dalam sejarah kedua bangsa, Kamboja (Khmer) dan Campa sering terjadi
pernikahan antara kedua pihak. Bahkan salah satu raja Kamboja, Cau
Bana Chand Ramadipati memeluk Islam setelah berinteraksi dengan
orang-orang Campa. Lantas ia mengubah namanya menjadi Sultan Ibrahim
dan mengubah model pemerintahannya ala Campa. Di Kamboja orang-orang
Campa ditempatkan di wilayah bernama Kompong Cham. Di sini mereka
dianggap sebagai Khmer Muslim dan menikmati status yang sama dengan
orang-orang Khmer. Hal itu sempat terganggu ketika rezim Khmer Merah
berkuasa. Orang-orang Campa menjadi sasaran genosida rezim itu.
rashkaputra.files.wordpress.com |
Keadaan sebaliknya
di Vietnam. Orang-orang Campa mengalami diskriminasi minoritas dari
Pemerintah Vietnam. Bangunan-bangunan peninggalan mereka
ditelantarkan, dalam sejarah Vietnam mereka dihilangkan. Juga di buku
panduan pariwisata. Keadaan yang sempat membuat orang-orang Campa
memberontak lepas dari Vietnam, terutama pada masa Perang Vietnam
dengan membentuk Front Liberation du Champa atau Front Pembebasan
Campa. Diskriminasi Pemerintah Vietnam terhadap orang-orang Campa
masih berlaku hingga hari ini. Meskipun tiada kegiatan politik
separatis pasca-Perang Vietnam.
0 Response to "Campa: Yang Hilang dari Peta Dunia"
Post a Comment