PAP dan Demokrasi Semu Singapura
Demokrasi bukanlah sesuatu yang jarang
ditemukan di banyak negara di dunia. Konsep pemerintahan yang berakar
dari Peradaban Yunani Kuno ini jamak digunakan negara-negara Barat.
Di luar mereka, seperti negara-negara Afrika, Arab, Asia Timur, dan
Asia Tenggara juga menggunakan demokrasi untuk mengelola pemerintahan
masing-masing. Singapura termasuk salah satunya. Negara kota yang
terletak berhampiran dengan Selat Malaka ini menggunakan demokrasi
ala Westminter dalam pemerintahannya. Itu berarti di dalamnya
terdapat presiden sebagai kepala negara, perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan, parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat, dan
pemilihan umum sebagai ajang untuk aspirasi suara rakyat dalam
memilih pemimpin. Jika melihat keseluruhan, demokrasi yang dianut
Singapura adalah demokrasi parlementer.
therealsingapore.com |
Sekilas demokrasi yang ada di Singapura
memang seperti demokrasi-demokrasi di negara-negara lain yang juga
menggunakan paham ini. Namun apabila dilihat lebih ke dalam,
demokrasi di Singapura merupakan demokrasi yang tidak demokratis
alias semidemokratis. Mengapa? Jawaban itu terletak pada PAP (People
Action Party) atau Partai Aksi Rakyat. Partai yang berdiri pada 1959
ini merupakan partai penguasa semenjak Singapura berdiri pada 1965.
Karena kedudukannya sebagai partai penguasa tetap, PAP mendominasi
seluruh sistem politik di “negeri singa”. Para Perdana Menteri
Singapura kebanyakan berasal dari partai ini. Mulai dari Lee Kuan Yew
hingga Lee Hsien Loong. Mendominasinya PAP sepanjang sejarah negara
itu hingga hari ini praktis membuat kehidupan politik di Singapura
stagnan dan tidak berkembang meskipun terdapat pemilihan umum yang
diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Dalam setiap pemilihan umum
yang digelar semenjak 1959, ketika Singapura masih berada dalam
Malaysia, PAP akan selalu memenangkan dan mendominasi kursi di
parlemen. Oposisi mereka ialah Partai Pekerja, yang pada Pemilu 2011
sempat mengguncang kekuasaan PAP. Partai ini berhasil menempatkan 7
wakilnya di Parlemen. Penempatan itu di tengah-tengah mendominasinya
wakil PAP yang berjumlah 87.
PAP adalah partai politik yang
didirikan oleh Lee Kuan Yew pada 1959. Pendiri dan Perdana Menteri pertama
Singapura itu seorang Cina-Singapura berpendidikan Inggris
yang menginginkan kemerdekaan penuh dari Inggris. Pada 1963,
Singapura memutuskan bergabung dengan Federasi Malaysia namun dua
tahun kemudian Singapura memutuskan keluar dan menjadi negara
sendiri. Keluarnya Singapura dari Malaysia disebabkan politik Malaysia for Malay yang dilancarkan Tengku Abdul Rachman, pemimpin pertama
Malaysia, dan juga ketidaksepahaman serta paksaan Tengku kepada Lee
Kuan Yew untuk memaksa Singapura keluar dari Malaysia. Tengku menganggap Lee Kuan Yew dan PAP-nya dapat menggerus
cita-cita Melayu yang sedang digadang UMNO atau Organisasi Melayu
Bersatu. Sedangkan Lee menginginkan sesuatu yang bersifat
multirasial.
britannica.com |
Meskipun cengkraman PAP begitu kuat
dalam kehidupan politik di Singapura sehingga negara itu terlihat
otoriter dan bertindak tegas terhadap hal-hal yang menentang
pemerintah, pemerintahan Singapura dikenal sebagai pemerintahan yang
bersih dari korupsi. Hal itu yang kemudian menjadikan Singapura
menjadi 10 besar negara terbersih dari korupsi menurut Transparency
International. Dalam prakteknya, Singapura memakai meritokrasi
berbentuk Asian Values dan bercampur dengan demokrasi ala Barat
sehingga menjadi demokrasi semu atau hybrid regime. Meritokrasi lebih
menekankan kepada prestasi seseorang yang dianggap berjasa sedangkan
Asian Values lebih kepada tatanan mapan ekonomi, sosial, dan politik
berdasarkan konfusianisme. Meritokrasi merupakan bentuk melawan
politik KKN dan perlawaan terhadap demokrasi ala Barat yang dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Asia. Namun di sisi lain, meritokrasi ini dianggap tidak adil
karena tidak memberikan suara bagi pihak lain untuk berpartisipasi.
Dalam konteks Singapura, PAP merupakan perwujudan meritokrasi itu.
Partai ini dianggap sebagai partai politik yang berandil besar dalam
kemerdekaan Singapura. Jasa yang dianggap besar itu sudah sepatutnya
diganjar dengan jabatan vital di pemerintahan, yaitu perdana menteri
dan posisi-posisi pemerintahan vital lainnya. Sedangkan pihak oposisi
yang dianggap tidak berjasa hanya dijadikan minoritas pelengkap.
Dalam setiap pemilihan umum, PAP
mempunyai kuasa dan hegemoni terhadap masyarakat Singapura untuk
patuh memilih partai ini demi kemajuan Singapura. Ada beberapa
ancaman tidak langsung yang ditujukan jika tidak memilih PAP seperti
Singapura akan miskin atau penjara, pengasingan, dan denda jutaan
dolar, terutama bagi yang kontra terhadap pemerintah. Inilah yang
membuat Singapura menjadi negara aman bak oase di tengah
tetangga-tetangganya yang cenderung bergejolak situasi ekonomi,
politik, dan sosialnya. Karena keadaan aman inilah banyak investor
asing datang ke Singapura, berdagang sekaligus tinggal. Juga para
koruptor yang melarikan diri. Singapura layaknya Swiss-nya Asia.
Belakangan, keadaan mapan di Singapura
sedikit terganggu ketika banyak negara tetangganya mengalami dinamika
demokrasi. Rakyat Singapura yang melihat itu juga ingin hal yang sama
berlaku meskipun itu masih mustahil jika dihadapkan pada realita. PAP
dianggap masih terlalu kuat. Sama seperti lambang partai ini yang
berupa petir, yang menyimbolkan kekuasaan. Meskipun Perdana Menteri
Lee Hsien Loong dianggap tidak seperti ayahnya, Lee Kuan Yew dalam
memerintah Singapura sehingga Singapura mulai mengalami goncangan
seperti di Pemilu 2011 yang membuat oposisi mendapatkan kursi dan
kerusuhan rasial pada 2013, toh ia akan tetap didapuk memimpin hingga
usia tua. Meskipun juga ia sedang sakit dan dikabarkan terdapat
wacana suksesi, Singapura tetap akan dipimpin PAP. Ini karena PAP
merupakan partai politik mapan yang menciptakan keamanan dan
kesejahteraan Singapura. Intinya, tetap jauh panggang daripada api.
0 Response to "PAP dan Demokrasi Semu Singapura"
Post a Comment